UU Cipta Kerja Bawa Efek Positif ke Pasar Modal

Senin, 28 Desember 2020 – 10:23 WIB
Ilustrasi Pasar Modal. Foto: ilustrasi dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengesahan Undang-undang (UU) Cipta Kerja yang dilakukan pemerintah membuat para investor optimistis menanamkan modalnya di Indonesia.

Hal itu terlihat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memulai tren penguatan atau bullish sejak awal November 2020, setelah UU Cipta Kerja disahkan.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ribut-ribut Tanah FPI vs PTPN, Anies Pamer di Medsos, Gus Yaqut Bicara lagi soal Syiah dan Ahmadiyah

"IHSG memulai tren penguatan atau bullish sejak awal November setelah UU Cipta Kerja disahkan. Menguatnya indeks merupakan respons dari UU itu. Investor sangat optimistis," kata pengamat pasar modal Moh Fendi Susiyanto dalam Webinar UU Cipta Kerja Dampak Positif bagi Investasi dan Alih Teknologi, Jakarta, Minggu (27/12/2020).

Tak hanya IHSG, dia menambahkan, kinerja nilai tukar rupiah juga positif. Nilai tukar rupiah sudah bisa menguat hingga ke level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: UU Cipta Kerja: Ini Jumlah Pesangon untuk Pekerja Terkena PHK

"Rupiah juga sudah bagus meski ditolong rendahnya suku bunga dan melemahnya dolar AS karena kebijakan Presiden AS Joe Biden tidak ketat lagi," ujar Fendi

Fendi menilai ekonomi yang terjadi saat ini di Indonesia kondisinya lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Filiphina, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja dan lainnya.

BACA JUGA: Bangkitkan IHSG yang Sempat Anjlok, Kehadiran Investor Lokal Penting Bagi Pasar Modal

Bahkan, ada negara-negara maju yang ekonominya terperosok lebih dalam.

"Kalau kita melihat, pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh melebihi ekspektasi. Di tengah pandemi sekalipun real instrumennya itu, menjadi sangat atraktif bahkan kalau kita melihat sangat menarik jika dibandingan dengan negara-negara lain. Lebih bagus, jadi fokus ke depan yakni pertumbuhan ekonomi," tegasnya

Founder & CEO, Finvesol Consulting ini juga menilai, Indonesia dari sisi monetary stability itu luar biasa kuat. Hal inilah yang menjadikan para investor makin optimistis. Disamping, jalannya penyusunan dan pembahasan UU Cipta Kerja yang tidak terlalu menimbulkan konflik yang luar biasa. "Ini point yang terpenting sehingga para investor cukup optimistis di masa yang akan datang," jelasnya.

Dia juga menyoroti klaster-klaster dalam UU Cipta Kerja yang berkaitan dengan penyederhanaan perizinan; persyaratan investasi; ketenagakerjaan; kemudahaan, pemberdayaan, dan perlindungan UMKM; investasi dan proyek pemerintah; dan kawasan ekonomo khusus (KEK).

"Intinya adalah bagaimana membuat investasi Indonesia. Kalau bicara investasi berarti tidak hanya dalam jangka pendek, juga tidak bisa mengatakan kalau investasi sesuatu yang ekslusif karena dampaknya sangat menyeluruh sebagaimana sektor-sektor lainnya," harapnya.

Tidak hanya Indonesia, kata Fendi, negara-negara lain juga sudah melakukan hal serupa, yakni melakukan sinkronisasi dan kolaborasi untuk mencapai satu tujuan yang lebih efektif dan efisien di tengah-tengah lingkungan yang selalu berubah.

"Ekspektasi yang paling penting dari UU ini adalah implementasi. bagaimana implementasi ke depan ini harus kita kawal, supaya bisa mencapai beberapa perbaikan di indikator-indikator ekonomi utama di Indonesia," terangnya.

Saat ini, pemerintah tengah menyusun rancangan peraturan pemerintah (RPP) dan rancangan peraturan presiden (RPerpres) yang merupakan aturan turunan UU Cipta Kerja.

Nantinya, aturan turunan tersebut bisa digunakan untuk implementasi dari poin-poin yang sudah dituangkan dalam UU Cipta Kerja.

"Minimum harus tercipta 3 juta lapangan kerja per tahun. Itu komitmen yang harus kita kawal. Karena, itu yang akan menjadi kunci sukses keberhasilan UU Cipta kerja. Meningkatnya produktivitas kerja dan menurunnya angka pengangguran. ini ada rasio-rasionya yang harus kita ukur," pungkasnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler