Uwi Ndota, Ubi Cincang Kukus yang Kini Hampir Punah

Sabtu, 09 Agustus 2014 – 22:22 WIB
KULINER KHAS ENDE. Inilah makanan khas dari Kabupaten Ende "Uwi Ndota" yang kini jarang dihidangkan. Foto: flobamora.net

jpnn.com - MENGUNJUNGI Kabupaten Ende di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak cukup jika hanya mengunjungi objek-objek wisata seperti Situs Bung Karno, Danau Kelimutu dengan tiga warnanya yang sudah tersohor hingga ke manca negara dan objek wisata lainnya,  tanpa menikmati kuliner khas daerah tersebut.

 

Salah satunya kuliner yang terbuat dari singkong yang oleh penduduk Ende-Lio dikenal sebagai  Uwi Ndota atau dalam bahasa Indonesia berarti ubi cincang, harus dicicipi. Rasa khas gurih di lidah membuat semua orang merasa ketagihan jika sudah merasakan 'Uwi Ndota' itu.

BACA JUGA: Kadar Glukosa Tinggi Sebabkan Pikun

Ibu Kristin Claudia ditemui di kediamannya, Rabu (6/8) mengatakan, makanan khas Ende Lio ini kini seakan hampir punah karena sudah jarang dikonsumsi masyarakat. Karena itu dalam masa Pemerintahan Bupati Ende, Don Wangge periode sebelumnya sudah dicanangkan gerakan untuk kembali mengkonsumsi pangan lokal terutama 'Uwi Ndota'.

BACA JUGA: Apakah Mr. P Anda Bau?

Kristin menjelaskan, singkong kualitas yang baik dikupas lalu dibelah. Setelah itu dikeluarkan urat atau serat yang ada di bagian tengah. Setelah itu dicuci bersih. Lanjut Kristin, singkong lalu dipotong kecil-kecil dan selanjutnya dicincang.

Sebelum singkong dicincang, terlebih dahulu disiapkan wadah untuk mengisi hasil cincangan. Hasil cincangan dimasukan ke wadah berikutnya.  Ubi yang sudah cincang tersebut kemudian kita ramas dan ramasan tersebut kita letakan di kain serbet yang bersih. Kemudian peras sedikit demi sedikit dengan kain serbet tersebut hingga air perasannya keluar, kata Kristin.

BACA JUGA: Makanan Super Bikin Ereksi Tahan Lama

Ia melanjutkan, ubi cincang hasil perasan kemudian diletakan di wadah yang lain lalu ditaburi garam secukupnya sehingga rasanya tidak tawar.

Langkah selanjutnya, kata Kristin, singkong atau ubi tersebut siap dikukus hingga matang dan siap untuk dihidangkan. Memang kelihatan sederhana karena praktis bumbunya hanya garam.

Namun, memiliki cita rasa yang sangat gurih khas ubi dari Ende. Kabupaten Ende memang terkenal sebagai daerah penghasil ubi dengan cita rasa yang khas dibanding daerah lainnya di NTT. Untuk menambahkan cita rasa 'Uwi Ndota', lanjut Kristin, bisa juga dicampur dengan kacang sebelum dikukus.

Sebagai pelengkap, lanjut Kristin, biasanya disajikan bersama dengan ikan kuah asam atau ikan kuah santan. Proses pembuatan ikan kuah santan cukup sederhana. Kebanyakan warga lokal menggunakan ikan 'Soa' (bahasa lokal) atau ikan Pari.

Di mana dimasak terlebih dahulu dengan santan yang sebelumnya bumbu-bumbunya sudah ditumis. Selanjutnya memasukan ikan segar jenis apa saja namun terbanyak oleh penduduk lokal menggunakan ikan Pari.

Begitu pula jika kuah asam sebagai partner dari 'Uwi Ndota' dimana bumbu-bumbu sebelumya sudah ditumis terlebih dahulu atau langsung dimasak dengan asam Jawa atau belimbing.

Direbus airnya hingga mendidih kemudian masukan ikan dan selanjuntya ditunggu hingga matang lalu diangkat dan siap dihidangkan bersama 'Uwi Ndota'.

Berkaitan dengan menu lokal atau pangan lokal, kini di Kota Ende sendiri sudah mulai menjajakan menu-menu tersebut. Seperti di Pondok Pangan Lokal Jalan Melati Ende, warung makanan lokal samping Gerbang Bandara Haji Hasan Aroebusman, Pantai Ria dan beberapa lokasi lainnya.

Hal ini untuk menjawab program kembali ke pangan lokal yang dicanangkan Bupati Ende Periode 2009 2014 yang lalu. (kr7/ito/boy)


 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Gunakan Niacin untuk Kesehatan Jantung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler