Varian Baru Virus SARS-CoV-2  Mendekati Indonesia, Menristek Bergerak Cepat

Senin, 15 Februari 2021 – 22:56 WIB
Ilustrasi Covid-19. Grafis: Rahayuning Putri Utami/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, ada kekhawatiran bahwa varian baru virus SARS-CoV-2 bisa memengaruhi tingkat penyebaran, keparahan dan juga efek pada vaksin Covid-19 yang beredar saat ini.

Virus mempunyai kemampuan berkembang dan beradaptasi berdasarkan lingkungannya, dengan rentang akumulasinya satu sampai dua mutasi per bulannya.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Tokoh Mahasiswa Kristen Bela Din Syamsuddin, Ada Sebut RI 10, Rizieq Ditemani 2 orang

"Untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 di Indonesia, surveilans (pengumpulan data terus menerus dan pemantauan) genom virus SARS-CoV-2 harus dilakukan," kata Menristek Bambang saat menjadi pembicara utama pada Indonesia-GISAID Webinar on SARS-CoV-2 Genomic Surveillance, Mutation and Vaccine, Senin (15/2). 

Varian baru yang menjadi perhatian utama dari para peneliti Whole Genome Sequencing (WGS) di Indonesia saat ini ada tiga. Pertama, varian B 1.1.7 atau VOC202012/01 atau VUI202012/01 dari Inggris. Kedua, varian B 1.351 atau 501Y.V2 dari Afrika Selatan. Ketiga, varian B 1.1.28.1 atau P.1 dari Brazil. 

BACA JUGA: Duh, Ada Varian Baru Covid-19 yang Lebih Berbahaya dari Amazon

Data sementara di Indonesia belum menunjukkan adanya varian baru tersebut. Namun, masih diperlukan informasi yang lebih mendalam. Bambang menjelaskan, surveilans genom dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari varian baru ini. Apakah lebih menular sehingga makin memperburuk kondisi pandemi di Indonesia. Untuk kelancaran surveilans diperlukan koordinasi di tingkat nasional dan global. 

“Setelah kami perhatikan dampaknya cukup serius di 3 negara tersebut," ujarnya.

BACA JUGA: Seperempat Kasus Aktif COVID-19 di Prancis Disebabkan Varian Inggris

Mengingat luasnya jaringan transpor global dan rentannya negara-negara yang relatif terbuka seperti Indonesia, lanjut Bambang, pelacakan perlu diperkuat secara intensif untuk mengidentifikasi tipe mutasi virus yang beredar di Indonesia.

"Meskipun belum ditemukan, tetapi varian B 1.1.7 sudah dilaporkan di beberapa negara Asia dan Australia, jadi membutuhkan pengawasan yang lebih terintegrasi dan kuat,” terang Menteri Bambang. 

Pada 8 Januari 2021 telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman tentang Surveilans Genom Virus SARS-CoV-2 antara Menristek/Kepala BRIN dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, serta penandatanganan perjanjian kerja sama antara Plt. Sekretaris Menristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito dengan Kepala Balitbangkes Kemenkes Slamet tentang riset dan inovasi dalam rangka surveilans genom virus SARS-CoV-2. 

Pada kesempatan sama, Presiden Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) Dr. Peter Bogner, organisasi bank data influenza di dunia yang berinisiatif mengumpulkan semua data genom virus flu termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, menyampaikan tantangan Indonesia dalam melakukan surveilans genom virus SARS CoV-2 adalah pada luasnya wilayah nusantara dan populasi yang tinggi.

Hal ini menyebabkan dibutuhkan waktu dan sumber daya yang besar untuk mengumpulkan data WGS  lebih banyak dan detail, sehingga masih mungkin varian baru tersebut belum terdeteksi. 

“Dibutuhkan usaha bersama pemerintah untuk secara masif mengumpulkan data dengan cakupan yang lebih luas, tidak hanya daerah metropolitan. Namun ke seluruh pelosok untuk mendapatkan data sampel dan gambaran geografi wilayah penyebaran secara baik,” terang Peter Bogner.  (esy/jpnn)

 

 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler