Venezuela: Dulu Kaya, Sekarang Papa

Pusat Perbelanjaan Melompong, Kelaparan di mana-mana

Minggu, 22 Mei 2016 – 07:07 WIB
Antrean sembako di Ibu Kota Venezuela Caracas. Foto: AFP

jpnn.com - PERNAH menjadi negara kaya yang berlimpah sandang dan pangan, Venezuela kini tak ubahnya republik gagal. Kelaparan yang berbanding lurus dengan kriminalitas meningkat tajam. 

Anjloknya harga minyak membuat negara yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro itu tidak berdaya. Selama ini Venezuela menggantungkan perekonomian pada ekspor minyak. Sebanyak 95 persen pendapatan mereka berasal dari komoditas emas hitam yang melimpah di sana. Begitu minyak tak lagi bisa diandalkan, Venezuela pun kolaps. 

BACA JUGA: Pengamat: EgyptAir Jatuh Bukan karena Teroris, tapi..

Seperti harga minyak yang terjun bebas, pendapatan Venezuela pun turun drastis. Akibatnya, barang-barang kebutuhan pokok yang selama ini diperoleh lewat impor tidak lagi terbeli. Pusat perbelanjaan pun melompong. Kelaparan di mana-mana.

Saat beredar kabar adanya bahan pangan yang berhasil didatangkan pemerintah, warga pun memadati pusat perbelanjaan. Antrean yang mengular begitu panjang langsung terbentuk, bahkan sebelum toko buka. Fenomena itu pun sering berujung kekecewaan karena kabar tersebut hanya rumor belaka. 

BACA JUGA: Wali Kota Muslim London Disebut Seperti Teroris

Misalnya, yang terjadi Jumat (20/5) waktu setempat di Kota Guarenas, pinggiran ibu kota Caracas. Rumornya, akan ada dua truk boks yang memasok daging ayam di supermarket Central Madeirense. Sejak pagi buta, warga mengantre. ’’Sudah lebih dari sebulan keluarga saya tidak mengonsumsi daging ayam. Jadi, saya rela antre sejak pukul 04.00 tadi,’’ ungkap Kattya Alonzo, seorang warga.

Tepat pukul 07.30 waktu setempat, dua truk boks berpendingin tiba di depan toko. Demi melihat antrean superpanjang yang didominasi perempuan itu, personel garda nasional yang memang ditugaskan menjaga supermarket tidak mau ambil risiko. Mereka menyuruh sopir dua truk boks tersebut melaju terus. Akibatnya, daging ayam batal mampir supermarket. Warga yang antre sejak pagi buta pun gagal membeli bahan pangan tersebut.

BACA JUGA: TOP! Malaysia - Indonesia Capai Sasaran Operasi

Fenomena serupa juga muncul di kota-kota lain di Venezuela. Tidak heran jika antrean warga yang semula berjejer rapi dalam damai karena sama-sama berharap bisa mengonsumsi makanan enak tersebut berubah menjadi kerumunan individu yang semuanya marah. Kemarahan yang bersumber dari kekecewaan itulah yang sering membuahkan kekerasan. Bentrokan pun tak bisa dihindarkan. 

The Economist menuliskan, krisis yang dihadapi Maduro sekarang ini akan tetap terjadi, meski yang memimpin Venezuela bukan tokoh 53 tahun tersebut. Sebab, anjloknya harga minyak tidak hanya memukul Venezuela, tapi juga negara-negara lain yang terlalu bergantung pada minyak. Contohnya, Arab Saudi. 

Hanya, dalam kasus Venezuela, krisis tersebut terjadi saat popularitas Maduro berada di level terendah. Akibatnya, publik yang kadung kecewa kepada Maduro pun menjadi reaktif. 

Desember lalu, oposisi berhasil memenangi pemilu legislatif. Dari parlemen itu lah lahir petisi untuk mengakhiri pemerintahan Maduro. Sebanyak 1,85 juta warga meneken petisi yang menuntut pemerintah menggelar referendum pelengseran sang presiden. Namun, Mahkamah Agung (MA) yang berisi orang-orang loyal Maduro langsung menolak.

’’Saya harus mengatakan kepada angkatan bersenjata bahwa sekaranglah waktu yang tepat untuk membela kebenaran. Kalian harus memutuskan apakah berpihak pada konstitusi atau kepada Maduro,’’ tegas Henrique Capriles, tokoh oposisi yang dua kali mencalonkan diri sebagai presiden dan selalu gagal. Sejak era Chavez, militer memang selalu berpihak kepada presiden.

Jenderal Vladimir Padrino, panglima angkatan bersenjata sekaligus menteri pertahanan Venezuela, mereaksi dingin imbauan Capriles itu. Jumat (20/5) dia menegaskan bahwa militer setia pada tanah air. Karena itu, mereka siap membela Venezuela dari rongrongan musuh yang sedang mengobarkan perang ekonomi. Kemarin (21/5) militer menggelar latihan gabungan untuk membuktikan omongan Padrino.

Namun, jika referendum berlangsung pun, sebenarnya tidak akan terlalu banyak perubahan yang terjadi. Sebab, sesuai dengan konstitusi, presiden yang lengser sebelum masa jabatannya berakhir akan otomatis digantikan wakilnya. Dan, Wapres Aristobulo Isturis adalah sekutu paling dekat Maduro yang menganut paham yang sama. (AFP/Reuters/BBC/theguardian/theeconomist/hep/c5/any/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswi Cantik Habiskan Rp 4 Miliar Sehari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler