JAKARTA--Video yang menunjukkan kekerasan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri beredar luas di dunia maya. Situs-situs yang biasa memberitakan kegiatan dunia Islam mengunggahnya sejak Jumat malam. Dalam video itu tampak personil Brimob Polri menginjak dan menelanjangi terduga teroris.
"Ayo buka celananya, ayo buka celananya," teriak oknum polisi berseragam Brimob itu dalam video. Tampak tersangka terorisme berjalan mengangkat tangan dan lalu terduduk membuka celananya.
Dalam frame yang lain, ada adegan tersangka terikat dengan tangan dibelakang dan telanjang dada. Mukanya berlumuran darah dan terus diinterogasi polisi.
Mabes Polri masih belum bisa memastikan keaslian video yang bisa disaksikan di situs arrahmah dan youtube itu. "Kami tegaskan penyelidikan masih berjalan. Nanti ada tim yang menelusuri," kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta kemarin (02/03).
Tim itu, kata mantan Kapolres Pasuruan ini, berasal dari divisi Cybercrime Bareskrim Polri. "Kami belum simpulkan itu kejadian asli, dimana, dan kapan," kata Boy.
Secara terpisah, peneliti terorisme Mustofa Nahrawardaya menyebut video itu asli dan terjadi di Sulteng tahun 2007. "Itu sudah jelas dan klir. Tidak ada rekayasa," kata Mustofa yang juga aktivis PP Muhammadiyah itu.
Menurut pendiri Indonesian Crime Analyst Forum ini, dari video itu sudah cukup bisa dijadikan dasar untuk menghentikan operasional Densus sementara. "Jadi, lakukan semacam moratorium sampai kasus ini benar-benar tuntas disidik," katanya.
Usulan itu didukung Harits Abu Ulya dari Centre for Ideological Islamic Analysis (CIIA). "Di forum-forum jihad video itu dibahas dan sangat menimbulkan kemarahan pada Densus 88," kata Harits.
Karena itu, lanjutnya, sebaiknya Kapolri segera menghentikan operasional Densus 88. "Sampai kasus video ini benar-benar terungkap dan pelakunya diadili secara terbuka," katanya. Kasus video ini secara resmi sudah dilaporkan Din Syamsudin ke Kapolri Kamis lalu.(rdl)
"Ayo buka celananya, ayo buka celananya," teriak oknum polisi berseragam Brimob itu dalam video. Tampak tersangka terorisme berjalan mengangkat tangan dan lalu terduduk membuka celananya.
Dalam frame yang lain, ada adegan tersangka terikat dengan tangan dibelakang dan telanjang dada. Mukanya berlumuran darah dan terus diinterogasi polisi.
Mabes Polri masih belum bisa memastikan keaslian video yang bisa disaksikan di situs arrahmah dan youtube itu. "Kami tegaskan penyelidikan masih berjalan. Nanti ada tim yang menelusuri," kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta kemarin (02/03).
Tim itu, kata mantan Kapolres Pasuruan ini, berasal dari divisi Cybercrime Bareskrim Polri. "Kami belum simpulkan itu kejadian asli, dimana, dan kapan," kata Boy.
Secara terpisah, peneliti terorisme Mustofa Nahrawardaya menyebut video itu asli dan terjadi di Sulteng tahun 2007. "Itu sudah jelas dan klir. Tidak ada rekayasa," kata Mustofa yang juga aktivis PP Muhammadiyah itu.
Menurut pendiri Indonesian Crime Analyst Forum ini, dari video itu sudah cukup bisa dijadikan dasar untuk menghentikan operasional Densus sementara. "Jadi, lakukan semacam moratorium sampai kasus ini benar-benar tuntas disidik," katanya.
Usulan itu didukung Harits Abu Ulya dari Centre for Ideological Islamic Analysis (CIIA). "Di forum-forum jihad video itu dibahas dan sangat menimbulkan kemarahan pada Densus 88," kata Harits.
Karena itu, lanjutnya, sebaiknya Kapolri segera menghentikan operasional Densus 88. "Sampai kasus video ini benar-benar terungkap dan pelakunya diadili secara terbuka," katanya. Kasus video ini secara resmi sudah dilaporkan Din Syamsudin ke Kapolri Kamis lalu.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... FPMM Mengaku Bangga Dengan Anas
Redaktur : Tim Redaksi