jpnn.com, MEDAN - Ketua umum PSSI Pusat Edy Rahmayadi angkat suara terkait video dirinya yang menampar seorang suporter saat laga PSMS Medan menjamu Persela di Stadion Teladan yang sempat viral di media sosial.
Dia menjelaskan kejadian itu terjadi ketika, menyaksikan laga PSMS kontra Persela Lamongan, Jumat (21/9) sore yang berakhir dengan skor 3-2.
BACA JUGA: PSSI Tunggak Gaji Milla, Edy Rahmayadi: Bukan Urusan Kalian
Saat itu, pembina PSMS dan Gubenur Sumatera Utara melihat flare menyala.
Dalam video yang beredar, Edy yang kala itu berada di tribun VVIP berdiri dan langsung bergegas menuju tribun Utara, lokasi dimana flare dinyalakan. Edy kemudian menghampiri sejumlah suporter.
BACA JUGA: Edy Rahmayadi Usir Seorang Ibu Peserta Demonstrasi Nelayan
Tangan Edy tampak mendarat ke arah pipi sambil memarahi seorang suporter.
Edy mengatakan, kontak fisik tersebut hanya menyentuh pipi sebagai bentuk refleks dan peringatan saja.
BACA JUGA: Edy Rahmayadi Tegaskan tak Akan Mundur dari Ketum PSSI
“Saya datang ke sana (tribun) maksudnya mengingatkan kepada anak – anak kita, jangan! (nyalakan flare). Sudah suatu kebiaaan saya kalo saya ketemu anak – anak, saya pegang pipi. Kalo gak pegang pipi, pegang kepala. Kok, larinya (maksudnya) di tampar gitu? Tangan saya ini besar, kalau nampar orang mungkin, hadeh. Sayang sekali,” ungkapnya di sela-sela Pawai Obor Asian Para Games 2018, Minggu (23/9/2018) kemarin, seperti dilansir dari RRI.
Dia menambahkan, tindakan yang dilakukan sejumlah oknum suporter tersebut justru tidak hanya membahayakan bagi pemain di lapangan, namun juga merugikan tim secara finansial akibat denda yang akan diterima oleh setiap tim tuan rumah.
“Itu setiap main, sekali flare gitu itu denda Rp20 juta. Jadi, kalau empat kali dia, berarti Rp80 juta. Kan sayang uangnya ini. Tapi, persoalannya bukan uang, malu Sumut masak tidak bisa tertib persoalan seperti itu,” kata Edy.
Menurut Edy, kehadiran suporter di dalam stadion memang sangat penting, terutama untuk menambah motivasi dan energi baru bagi tim kesayangannya berlaga. Tetapi, Edy mengingatkan untuk tetap menjaga ketertiban selama di dalam Stadion, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
“Kepada seluruh pecinta sepakbola, suporter boleh berteriak – teriak. Tapi, tunjukkan bahwa Sumut itu tertib, disiplin. Lho ini kita sudah memberikan hiburan kepada rakyat Sumut, dan kita berharap berprestasi. Kita belum berprestasi, melanggar terus, jadi doa kita tidak pernah terkabulkan. Untuk rakyat Sumut mari kita tegakkan itu. Salam olahraga untuk kita semua, dan kita atur ketertiban sehingga kita bisa berprestasi,” harapnya.
Ditegaskan Edy, jika tindakan seperti menyalakan flare dan sejenisnya yang bisa membahayakan pemain maupun penonton di dalam stadion, tentu akan diberikan sanksi tegas dari komisi disiplin PSSI. Hal itu diterapkan guna menghindarkan diri dari kejadian yang tidak diinginkan.
“Jadi setiap saat saya menandatangani pelanggaran – pelanggaran se 34 Provinsi di Indonesia terkhusus di Sumut, saya melarang itu (flare) untuk klub lain, termasuk 18 klub yang bertanding di liga 1. Salah satunya yang tidak pernah bisa berhenti di Sumatera Utara. Pas kebetulan di kampung saya, dan saat ini gubernurnya saya pula,” ungkapnya.
Seperti diketahui flare dinyalakan dari tribun Utara lantaran bentuk aksi protes agar manajemen PSMS melakukan perombakan. (*/nin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rangkap Jabatan, Edy Rahmayadi: Kenapa Sekarang Diributin?
Redaktur & Reporter : Budi