"Kerjasama ini akan berlangsung hingga empat tahun mendatang," kata Gita Wirjawan di kantornya kemarin (18/9). Dimulai per 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2017. "Ini hanya untuk jaga-jaga saja. Kalau diperlukan, kita baru impor (dari Vietnam)," terang Gita.
Kata Gita, kerjasama dengan Vietnam terkait pasokan beras sebenarnya sudah berlangsung beberapa tahun lalu. Bahkan, selain dengan Vietnam, Kemendag juga menjalin kerjasama serupa dengan negara-negara tenangga pengasil beras. Diantaranya Thailand, dan Laos.
Kata dia, dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara, maka Indonesia memiliki banyak pilihan dalam mendatangkan komoditas bahan pokok ini. Nanti akan dipilih mana beras terbaik yang harganya miring. Jadi, kata Gita, Indonesia tidak akan tergantung ketersediaan berasnya di satu negara saja.
Namun saat disinggung berapa harga beras Vietnam, Gita enggan menjelaskan. "Yang jelas nanti akan kami pilih harga yang terbaik," terang mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu.
Seperti diketahui, jumlah beras impor asal Vietnam merupakan salah satu yang terbesar jumlahnya. Tahun lalu, negeri berlambang bintang itu memasukkan berasnya sebanyak 1,6 juta ton dengan nilai USD 835,6 juta. Sedangkan pada triwulan pertama tahun ini, impornya mencapai 770,3 ribu ton dengan nilai USD 420,7 juta.
Selain membahas beras, dalam pertemuan kemarin Gita dan Vu Huy Hoang membicarakan perusahaan minyak dan gas kedua negara. Mereka saling mendorong agar Pertamina dan Petrovietnam (Vietnam) dapat secara aktif dengan Petronas Malaysia di bawah payung kerjasama Tripartite Agreement on Oil and Gas yang ditandatangani 2007 silam.
"Kami juga meminta agar Indonesia tetap menyuplai energy coal unuk menjamin pasokan bahan bakar pembangkit listrik di Vietnam," kata Vu Huy. Di sisi Indonesia juga meminta Vietnam tetap menyuplai anthracite coal.
Sementara itu dibidang pariwisitas kedua menteri sepakat untuk terus mengembangkan sektor pariwisata. Vietnam juga meminta Indonesia bisa membantu vietnam membangun sektor wisata dengan menyediatan tenagaahli di bidang industri pariwisata di Bali.
Pertumbuhan total perdagangan kedua negara tercatat tumbuh positif dengan tren sebesar 18 persen selama 2007-2011 dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir. Yakni dari USD 2,11 miliar pada 2009 sedangkan pada 2011 menjadi USD 4,7 miliar. (kuh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Barang Konsumsi Harian Masih Didominasi Makanan dan Minuman
Redaktur : Tim Redaksi