jpnn.com, PEKANBARU - Seorang konten kreator terkenal, bernama Bram Aditya mengalami kejadian tidak mengenakkan saat berkunjung ke Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Bram Aditya diduga dipalak segerombolan sopir taksi di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru.
BACA JUGA: Selain Berprofesi Dokter, Michael Lawanto Nyaman jadi Kreator Konten TikTok
Video Bram sontak menjadi viral di media sosial, setelah dia mengunggah pemalakan yang dialaminya di akunnya di instagram @bramadity.
Video itu sudah ditonton puluhan ribu orang dan dibagikan oleh berbagai akun sosial di Instagram.
BACA JUGA: Heboh Konten soal Trinitas di Buku PPKn, Kemendikbudristek Beri Klarifikasi
Bram Aditya membenarkan kejadian itu saat dikonfirmasi JPNN melalui sambungan WhatsApp, Jumat (5/8).
“Iya, benar kejadiannya pada 4 Agustus 2022, sekitar pukul 15.00 WIB,” kata Bram.
BACA JUGA: Pengamat Sarankan PDIP Segera Pastikan Puan Jadi Capres 2024
Bram menceritakan dirinya baru saja mendarat dari Aceh untuk tujuan shooting di salah satu dinas di Kota Pekanbaru.
"Seperti biasa klien saya melalui travel agen di Jakarta melakukan booking mobil sekaligus driver untuk shooting 3 hari ke depan, bukan driver online,” tegas Bram.
Ketika dirinya selesai memasukkan peralatan shooting di bagasi, tiba-tiba ada seorang bapak ikut masuk.
“Bapak tak dikenal itu berbicara pakai bahasa Pekanbaru yang saya kira teman dari dari sopir. Karena di beberapa daerah seperti Tanjung Selor, Kalimantan Utara Kersik Tuo, Jambi saya pernah pesen mobil yang datang tandem driver dan temannya," ucapnya.
Bram melihat gelagat ketakutan dari sopirnya, akhirnya Bram mencoba bertanya ada apa. Ternyata mobil,Bram dibawa ke kantor taksi karena hanya karena mobilnya masih baru.
“Saya pikir saya dibawa ke kantor Angkasa Pura atau kantor keamanan Auri atau keamanan bandara, begitu sampe kantornya ternyata ini bukan kantor, tapi tempat kumpul taksi bandara,” lanjutnya.
Singkat cerita, di kantor taksi itu Bram dan Driver dimintai uang oleh para sopir taksi dan mendapat ancaman dari puluhan driver taxi ditempat itu.
“Ternyata itu sudah jadi modus mereka di sana. Korban bukan cuma saya, sudah ada yang DM saya juga menjadi korban. Saya diminta uang Rp 20 ribu, tetapi tidak saya kasih,” tegas Bram.
Akhirnya, Bram bisa meninggalkan bandara, setelah dua jam tertahan oleh para driver taxi dan dijemput oleh kliennya.
“Akhirnya klien saya datang dengan mobil dinas pelat merah, semua driver taxi dan premannya langsung senyum dan mempersilakan saya pergi," ujar Bram. (mcr36/jpnn)
Redaktur : Friederich Batari
Reporter : Rizki Ganda Marito