jpnn.com, JAKARTA - Viral sebuah video yang memperlihatkan fenomena kilatan petir yang menyambar puncak Gunung Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menjelaskan peristiwa yang terekam pada stasiun seismik dan CCTV Gunung Merapi pada pukul 16.34 WIB, 11 Oktober 2022.
BACA JUGA: Prakiraan Cuaca di Jakarta 5 Oktober, Waspada Hujan Disertai Petir Kembali Terjadi
"Fenomena petir itu tidak berdampak pada stasiun pemantauan dan tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi," demikian keterangan resmi BPPTKG yang dikutip di Jakarta, Rabu.
BPPTKG menjelaskan petir merupakan salah satu fenomena yang terjadi akibat cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia.
BACA JUGA: Prakiraan Cuaca di Sumsel Hari Ini, Waspada Hujan Ringan Hingga Lebat Disertai Petir
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologi serta senantiasa mengikuti informasi cuaca BMKG dan aktivitas Gunung Merapi dari sumber terpercaya.
Di sisi lain, Gunung Merapi merupakan gunung api aktif yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung itu menyandang status level III atau siaga terhitung sejak 5 November 2020.
BACA JUGA: Mengopi di Lereng Gunung Merapi, Ganjar Pranowo Amati Potensi Desa Wisata
Status level III menandakan potensi bila terjadi erupsi sudah mendekati tempat hunian masyarakat yang paling dekat dengan gunung tersebut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi untuk mematuhi peta kawasan rawan bencana atau KRB mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan.
Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengatakan Gunung Merapi memiliki empat faktor utama pembentukan lahar, yaitu penumpukan material hasil erupsi, air hujan, gravitasi, dan bentuk lembah, sehingga berpotensi besar terjadi guguran lahar.
Apabila keempat faktor itu terpenuhi, maka material yang mengendap di lembah-lembah gunung api bisa turun ke bagian hilir sungai.
Lahar dapat membawa material vulkanik dalam ukuran dan volume yang besar, sehingga kerusakan yang dapat ditimbulkan di lembah-lembah yang terdampak lahar menjadi fatal.
"Bahaya lahar gunung api aktif sudah dituangkan dalam peta KRB gunung api, sehingga dapat menjadi pedoman bagi masyarakat dan pengembangan wilayah untuk mengurangi dampak kerusakan akibat lahar," kata Oktory. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul