Virus Corona Menggila, Profesor Stanley Sampaikan Prediksi Suram Tentang Kondisi Amerika

Senin, 15 Juni 2020 – 17:34 WIB
Suasana Amerika Serikat yang menerapkan lockdown terkait virus corona. Foto: Reuters

jpnn.com, ATLANTA - Amerika Serikat (AS) akan mengalami situasi yang bahkan lebih buruk akibat pandemi COVID-19 ketika negara-negara bagian mulai dibuka kembali dan sekolah-sekolah melanjutkan kegiatan belajar di kelas dalam waktu dekat.

"Saya khawatir kita tidak akan melihat titik balik selama setahun," kata Stanley Perlman, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Universitas Iowa, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara melalui surel.

BACA JUGA: Update Corona 15 Juni: Sulawesi Selatan Terbanyak Ditemukan Pasien Sembuh

Jumlah kasus COVID-19 di negara itu telah melampaui 2.083.000 dengan jumlah kematian mencapai 115 ribu pada Minggu (14/6) sore waktu setempat. Negara-negara bagian seperti Texas, Florida, dan California mencatatkan rekor tertinggi untuk angka harian kasus baru COVID-19 selama dua pekan terakhir.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS pada Jumat (12/6) memprediksi bahwa angka kematian akibat COVID-19 di negara itu akan mencapai 124.000 hingga 140.000 jiwa pada 4 Juli, dan angka kematian di Arizona, Arkansas, Hawaii, Carolina Utara, Utah, dan Vermont pada bulan depan diperkirakan lebih tinggi dibanding bulan lalu.

BACA JUGA: Update Corona 15 Juni: Penambahan Pasien Positif Covid-19 Tembus Seribu, Terbanyak di Jawa Timur

Sebuah pemodelan pandemi COVID-19 yang dihasilkan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Universitas Washington juga merevisi proyeksinya, memperkirakan jumlah kematian akibat COVID-19 di AS akan mencapai hampir 170.000 jiwa pada 1 Oktober mendatang.

Proyeksi tersebut memberikan gambaran suram tentang apa yang mungkin terjadi saat musim panas berganti menjadi musim gugur, dengan kenaikan tajam dalam perkiraan kematian harian pada September.

BACA JUGA: Teror Gelombang Kedua, Virus Corona Kembali Renggut Ratusan Nyawa di Iran

Lonjakan angka infeksi baru COVID-19 tersebut terkait tiga faktor pemicu utama, yakni unjuk rasa pembunuhan George Floyd, pembukaan kembali bisnis, serta dimulainya kembali kegiatan belajar di sekolah yang berpotensi menjadi tempat merebaknya gelombang infeksi baru.

Selain itu, angka kasus baru dari pekan ke pekan juga terus bertambah di setengah dari semua negara bagian. Hanya 16 negara bagian dan Distrik Columbia yang mencatat penurunan total kasus selama dua pekan berturut-turut, imbuh laporan tersebut.

"Negara-negara bagian mungkin perlu menerapkan kembali aturan jaga jarak sosial yang ketat yang sudah diberlakukan sejak awal tahun ini jika kasus COVID-19 melonjak secara dramatis," kata Wakil Direktur CDC untuk Penyakit Menular Jay Butler. (xinhua/ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler