Virus Korona Jatuhkan Harga Minyak Mentah

Sabtu, 25 Januari 2020 – 08:27 WIB
Kilang minyak. Foto: Reuters

jpnn.com - Harga minyak mentah jatuh lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Brent mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari satu tahun.

Penurunan tersebut tidak lepas dari kekhawatiran bahwa virus korona akan menyebar lebih jauh di Tiongkok, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, membatasi perjalanan dan permintaan minyak.

BACA JUGA: Harga Minyak Mentah Indonesia Naik Menjadi USD 67,18 per Barel

Virus yang telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 800 telah mendorong penangguhan angkutan umum di 10 kota Tiongkok, sementara kasus infeksi telah ditemukan di beberapa negara Asia lainnya, Prancis dan Amerika Serikat.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret turun 1,35 dolar AS atau 2,2 persen menjadi berakhir pada 60,69 dolar AS per barel. Acuan global mencatat penurunan 6,4 persen minggu ini, kerugian mingguan terbesar sejak 21 Desember 2018.

BACA JUGA: Nissan Diprediksi Tumbang dalam 3 Tahun Mendatang

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret berakhir 1,40 dolar AS atau 2,5 persen lebih rendah menjadi menetap di 54,19 dolar AS per barel. Acuan AS mencatat penurunan mingguan 7,4 persen, terbesar mereka sejak 19 Juli.

"Ini semua tentang virus corona sepanjang waktu, dan kami tidak mendapatkan tanda-tanda bahwa semuanya menjadi lebih baik," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

BACA JUGA: Limbah Minyak Cemari Pantai, Resort di Lagoi Bintan Merugi Miliaran Rupiah

Otoritas kesehatan khawatir tingkat infeksi dapat meningkat selama liburan Tahun Baru Imlek akhir pekan ini, ketika jutaan orang Tiongkok bepergian.

Pengalaman dengan wabah sebelumnya seperti SARS pada 2003 dan MERS pada 2012 menunjukkan dampak ekonomi dari wabah relatif kecil.

Manajer uang meningkatkan kontrak berjangka dan opsi minyak mentah Brent sebanyak 2.828 kontrak menjadi 428.990 kontrak untuk minggu ini hingga 21 Januari, tertinggi 15 bulan, sementara kelompok spekulan menaikkan gabungan posisi berjangka dan opsi minyak mentah AS sebanyak 6.811 kontrak menjadi 274.347 kontrak selama periode tersebut.

Data hitungan rig AS terbaru, indikasi pasokan mendatang dari produsen minyak mentah terbesar di dunia, tidak banyak mendukung harga minyak karena perusahaan energi menambahkan rig minyak untuk minggu kedua berturut-turut.

Juga laporan pasokan terbaru pemerintah AS pada Kamis (23/1), menunjukkan stok bensin bertambah untuk minggu ke-11 berturut-turut ke rekor tertinggi.

"Sulit untuk mendapatkan (tentang) pasar minyak yang konstruktif sampai kita melihat lebih banyak penurunan dalam persediaan dunia," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Persediaan minyak di dunia industri yang lebih luas berada di atas rata-rata lima tahun, menurut angka OPEC, yang menurut para analis membatasi dampak dari pengurangan pasokan.

Prospek langkah lebih lanjut oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dapat menawarkan dukungan ke depan. OPEC+ sebagian besar membatasi pasokan sejak 2017 dan pada 1 Januari memperdalam pemotongan produksi. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler