JAKARTA--Keganasan virus korona (NCoV) di Arab Saudi belum mereda. Jumat (22/2) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerima laporan ada satu lagi warga Arab Saudi tewas akibat virus mematikan itu. Indonesia sebagai negara dengan tingkat kunjungan ke Arab Saudi tertinggi (haji dan umrah), mewaspadai perkembangan virus itu.
Kabar kasus meninggal akibat virus korona ini dipaparkan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama. "Saya menerima kabar ini langsung dari WHO (World Health Organization) kemarin," tandasnya.
Tjandra mengatakan jika ada warga Arab Saudi yang terinfeksi virus korona dan masuk ke RS setempat pada 29 Januari lalu. Kemudian penderita itu dinyatakan meninggal pada 10 Februari dan hasil konfirmasi laboratoriumnya baru keluar pada 18 Febaruari lalu. Hasil konfirmasi laboratorium itu menyimpulkan jika orang itu terpapar virus korona.
Dia mengatakan jika sampai saat ini WHO menyatakan belum ada loporan virus korona menular dalam bentuk human to human (menular dari manusia ke manusia) khusus di Arab Saudi. "Selain itu juga belum ada travel restriction (pembatasan bepergian) dalam bentuk apapun menuju maupun dari Arab Saudi," kata dia.
Data dari WHO menyebutkan jika potensi penularan virus korona dari manusia ke manusia masih di kawasan Inggris. Pemicunya adalah terjadinya family cluster kasus terpapar virus korona yang menginveksi tiga orang sekaligus. "Kasus di Inggris ini juga masih terus diselidiki," tandasnya.
Tjandra mengatakan jika WHO melaporkan di dunia ada 13 kasus yang telah terkonvirmasi positif virus korona, tujuh diantaranya meninggal dunia. Dia mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya mengedarkan surat edaran dua kali kepada dinas kesehatan provinsi, kantor kesehatan pelabutan (KKP), RS provinsi, serta petugas surveilans di kabupaten-kabupaten.
Isi dari surat edaran itu antara lain, menyampaikan informasi epidemiologi terakhir virus korona. Selain itu juga peningkatan kewaspadaan. Tjandra juga mengatakan ada peningkatan surveilans Influenza Like Illnes (ILI) dan Severa Acute Respiratory Infection (SARI). "Selian itu juga penyampaian interim guidelines (panduan umum) dari WHO," tutur Tjadra.
Dia mengatakan jika virus korona dulu dikenal luas pada 2003 sebagai penyebab penyakit SARS yang sangat menghebohkan kala itu. Virus SARS sempat heboh karena tingkat kematiannya lumayan tinggi. Tjandra mengatakan jika virus korona ini terdiri dari berbagai jenis. (wan)
Kabar kasus meninggal akibat virus korona ini dipaparkan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama. "Saya menerima kabar ini langsung dari WHO (World Health Organization) kemarin," tandasnya.
Tjandra mengatakan jika ada warga Arab Saudi yang terinfeksi virus korona dan masuk ke RS setempat pada 29 Januari lalu. Kemudian penderita itu dinyatakan meninggal pada 10 Februari dan hasil konfirmasi laboratoriumnya baru keluar pada 18 Febaruari lalu. Hasil konfirmasi laboratorium itu menyimpulkan jika orang itu terpapar virus korona.
Dia mengatakan jika sampai saat ini WHO menyatakan belum ada loporan virus korona menular dalam bentuk human to human (menular dari manusia ke manusia) khusus di Arab Saudi. "Selain itu juga belum ada travel restriction (pembatasan bepergian) dalam bentuk apapun menuju maupun dari Arab Saudi," kata dia.
Data dari WHO menyebutkan jika potensi penularan virus korona dari manusia ke manusia masih di kawasan Inggris. Pemicunya adalah terjadinya family cluster kasus terpapar virus korona yang menginveksi tiga orang sekaligus. "Kasus di Inggris ini juga masih terus diselidiki," tandasnya.
Tjandra mengatakan jika WHO melaporkan di dunia ada 13 kasus yang telah terkonvirmasi positif virus korona, tujuh diantaranya meninggal dunia. Dia mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya mengedarkan surat edaran dua kali kepada dinas kesehatan provinsi, kantor kesehatan pelabutan (KKP), RS provinsi, serta petugas surveilans di kabupaten-kabupaten.
Isi dari surat edaran itu antara lain, menyampaikan informasi epidemiologi terakhir virus korona. Selain itu juga peningkatan kewaspadaan. Tjandra juga mengatakan ada peningkatan surveilans Influenza Like Illnes (ILI) dan Severa Acute Respiratory Infection (SARI). "Selian itu juga penyampaian interim guidelines (panduan umum) dari WHO," tutur Tjadra.
Dia mengatakan jika virus korona dulu dikenal luas pada 2003 sebagai penyebab penyakit SARS yang sangat menghebohkan kala itu. Virus SARS sempat heboh karena tingkat kematiannya lumayan tinggi. Tjandra mengatakan jika virus korona ini terdiri dari berbagai jenis. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ruhut Kebanjiran Pertanyaan Kapan Anas Digantung
Redaktur : Tim Redaksi