jpnn.com, JAKARTA - Upaya penurunan emisi karbon pada sektor bangunan dan konstruksi harus terus diupayakan.
Pasalnya, meski telah banyak kemajuan yang dicapai melalui efisiensi energi yang diterapkan pada beragam bangunan, termasuk pemanfaatan renewable energy atau Energi Baru Terbarukan (EBT) yang meningkat, tetapi hal tersebut belum dapat mengimbangi meningkatnya emisi karbon dari sektor ini.
BACA JUGA: Schneider Electric Sukseskan Ajang ASEAN Youth Dialogue 2023
"Oleh sebab itu, mewujudkan bangunan cerdas dan hijau (baik komersial maupun residenstial) dalam konteks revitalisasi fasilitas bangunan eksisting dan pembangunan fasilitas bangunan baru merupakan sebuah keniscayaan untuk mengurangi emisi karbon, efisiensi biaya operasional, dan sustainability atau keberlanjutan dalam bisnis," uja Hery Saputra, Building Business Vice President PT. Schneider Electric Indonesia.
"Strategi atau praktik bisnis berkelanjutan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dan menciptakan dampak atau nilai positif untuk saat ini dan masa depan," imbuhnya.
BACA JUGA: Belimukena, Brand Lokal Mukena yang Berkualitas dan Punya Beragam Motif
Hal ini berlaku bagi seluruh kalangan pengelola dan pengembang fasilitas bangunan perkantoran, pusat data dan jaringan, manajemen fasilitas, perusahaan listrik, layanan kesehatan, pengolahan air bersih dan air limbah, energi dan bahan kimia, makanan dan minuman, hotel, bahkan real estat komersial.
Namun, sebelum lebih jauh berbicara tentang era bangunan cerdas dan hijau, Hery akan membahas dahulu tentang industri 4.0 yang mendasari terwujudnya bangunan cerdas.
BACA JUGA: Unit Usaha Syariah AIA Salurkan Donasi Rp 1,9 Miliar
Industri 4.0 adalah istilah untuk menggambarkan revolusi industri keempat atau era digital dalam industri. Industri 4.0 didorong oleh pengembangan teknologi digital, seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), robotika, dan komputasi awan.
Sehingga memungkinkan perusahaan menciptakan sistem produksi yang lebih cerdas, efisien, terintegrasi, produktf, cepat, dan personalisasi produk untuk pelanggan.
"Industri 4.0 terbukti dapat mengubah banyak aspek produksi dan manufaktur, seperti manajemen rantai pasok, produksi massal, dan kualitas produk. Jadi peran industri 4.0 sangat mendasar dan penting dalam menciptakan ekosistem industri yang berorientasi digital, efisien, dan berkelanjutan," kata Hery.
Schneider Electric mencatat fakta-fakta yang tak terbantahkan dari penerapan IoT atas manajemen sistem bangunan, yaitu efisiensi atas biaya dan waktu rekayasa hingga 80%, biaya pemeliharaan dapat dihemat hingga 75%, dan jejak karbon yang dikurangi dapat mencapai 50%.
Angka-angka tersebut jelas akan membuat bisnis lebih jauh menguntungkan dan sustainable!
Hal yang tak kalah menarik adalah pencanangan calon Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia, Nusantara yang mengusung konsep Sustainability Forest City.
Disebutkan bahwa IKN Nusantara akan terdiri dari 65% tutupan hutan untuk mencapai daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup.
"Dengan semangat membangun IKN Nusantara yang berketahanan iklim dan rendah karbon, maka bangunan cerdas dan hijau berbasis IoT adalah salah satu hal pendukung utama yang tidak boleh terlewatkan tentu saja untuk mengurangi jejak emisi karbon, mencapai efisiensi, dan keberlanjutan," terang dia.
Apa pun inisiatif yang digulirkan pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi atau mencapai net-zero emissions melalui berbagai kebijakan dan stimulus pembangunan, diperlukan komitmen bersama untuk mendukung hal tersebut.
"Kami dari kalangan industri manajemen energi dan otomasi telah bertekad memberikan dukungan layanan dan produk terbaik dan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. Termasuk mendorong terbangunnya beragam fasilitas ekosistem bangunan cerdas dan hijau yang lebih banyak dan merata, khususnya pada kawasan-kawasan perkotaan," serunya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilengkapi Asuransi Kecelakaan, Jasindo Lepas Pemudik di Istora Senayan
Redaktur & Reporter : Yessy Artada