jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Senior Mari Elka Pangestu, menyebutkan virus corona berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian Tiongkok, dan imbasnya ke perekonomian Indonesia.
“Kita lihat dari hitung-hitungannya kalau perekonomian China turun 1 persen maka perekonomian Indonesia itu kenanya 0,3 persen,” katanya kepada Antara, Jakarta, Selasa.
BACA JUGA: Masyarakat Tiongkok Pakai Aplikasi Mobile Deteksi Virus Corona
Mari mengatakan hal tersebut dapat terjadi, karena Tiongkok merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia khususnya melalui permintaan batubara dan kelapa sawit yang akan turun.
“Karena masuknya dari harga dan permintaan komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit yang demand-nya besar di China,” ujarnya.
BACA JUGA: Jokowi Minta Dampak Corona Terhadap Ekonomi Indonesia Dikalkulasi
Tak hanya itu, ia menyatakan bahwa dampak virus corona terhadap penurunan ekonomi tanah air juga melalui sektor pariwisata yaitu menurunnya wisatawan dari China maupun negara lain.
“Misalnya satu tahun dampaknya maka ada dua juta wisatawan dari China yang tidak datang dengan spending rata-rata 1.000 dolar AS per orang yang artinya itu 2 miliar dolar AS yang tidak masuk ke devisa kita,” jelasnya.
BACA JUGA: Seorang WNI Sudah Terkena Virus Corona, Kini Dirawat di Singapura
Di sisi lain, Mari menuturkan pemerintah masih harus terus memantau perkembangan dari penyebaran virus corona, yang akan memberikan dampak untuk perekonomian Indonesia maupun global.
“Kalau dampak ekonomi mungkin kita harus melihat apa yang akan terjadi karena masih banyak yang tidak diketahui atau yang tidak pasti,” katanya.
Ia mengatakan pemerintah juga perlu berkaca dari kasus wabah SARS pada 2003, yang mampu mempengaruhi perekonomian Tiongkok serta negara lain seperti Hong Kong.
Ia menjelaskan kasus SARS saat itu berlangsung selama delapan bulan, dengan menelan korban jiwa sebanyak 800 orang serta mencetak 8 ribu kasus yang 80 persennya terjadi di China dan Hong Kong.
“Itu menyebabkan ekonomi China turun di sekitar kuartal pertama 2 persen selanjutnya 1 persen. Rata-rata turunnya 1 persen. Tapi waktu itu China ekonominya dari 11 persen jadi 10 persen,” katanya.
Mari menuturkan pada kasus virus corona yang baru berlangsung sekitar dua bulan ini telah mampu menyebabkan 300 orang meninggal, 17 ribu kasus, serta menyebar ke 24 negara.
“Kalau kita asumsi dia polanya mirip SARS tentunya akan ada dampak pada perekonomian China dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar pemerintah dapat mengantisipasi risiko-risiko virus corona seperti kesigapan untuk mendeteksi dan melakukan karantina jika ada yang terkena virus.
Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penghentian impor barang dari China terutama untuk hewan sebab tidak semua produk membawa virus corona.
“Nah ini apakah kita harus mencari pasar yang baru untuk antisipasi,” katanya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha