jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar Lamhot Sinaga mengungkapkan bahwa Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto memiliki kans yang besar untuk dapat diusung menjadi capres atau cawapres dari koalisi besar jika nantinya koalisi ini terbentuk.
Menurutnya, Airlangga adalah figur yang tepat di tengah upaya menghentikan polarisasi masyarakat yang juga menjadi visi dari Koalisi Indonesia Bersatu.
BACA JUGA: Sekjen Gerindra: Prabowo Jadi Magnet Koalisi Besar Pilpres 2024
"Jadi Pak Airlangga ini sekarang menjadi tokoh tengah, tokoh yang bisa diterima dengan baik dari sebelah kanan maupun dari sebelah kiri. Pak Airlangga adalah tokoh yang saat ini yang diterima oleh pihak manapun. Itu yang mau kami tawarkan," ujar Lamhot saat dihubungi, Selasa (11/4).
Sosok Airlangga sebagai Menko Perekonomian pun menurut anggota Komisi VII DPR RI bisa menjadi kandidat kuat untuk diusung sebagai capres atau cawapres dari Koalisi Besar nantinya.
BACA JUGA: Upaya Membentuk Koalisi Besar Lebih Bermartabat Ketimbang Menjegal Anies Baswedan
Lamhot memberi beberapa contoh presitasi Airlangga yang membuat posisinya menjadi strategis, yakni telah berhasil menjaga perekonomian nasional di tengah ketidakpastian belakangan ini, seperti pandemi hingga goyangnya perekonomian globa.
Menurut Lamhot, prestasi tersebut selaras dengan apa yang diwacanakan di dalam Koalisi Besar, yakni melanjutkan pembangunan di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
BACA JUGA: Soal Airlangga Cawapres Koalisi Besar, Hary Tanoe: Beliau Ahli Ekonomi
"Dalam posisi melanjutkan pembangunan ini tentu kan kita bisa lihat track record daripada Pak Airlangga sebagai Menko Perekonomian. Sehingga saya kira dalam konteks melanjutkan pembangunan yang sudah dilanjutkan Pak Jokowi, Pak Airlangga sangat layak. Itu lah proposal yang akan diajukan oleh Golkar nantinya," kata Lamhot.
"Nah jadi kalau bicara soal kriteria, melanjutkan pembangunan Jokowi, maka Airlangga adalah sosok ideal," ujar Lamhot.
Meski demikian, Lamhot mengatakan terlalu dini membahas siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapres dalam Koalisi Besar.
Menurutnya, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyamakan frekuensi sehingga memiliki kesamaan visi dalam menjalankan koalisi nantinya.
"Dalam tahap itu dulu yang harus kita samakan frekuensinya, khususnya dengan Gerindra dan PKB, Koalisi Indonesia Raya. Soal nanti capres sama cawapres itu kan tentu akan dibahas secara musyawarah dengan lima partai, bahkan kalau dengan PDIP nanti jika mereka ikut bergabung dalam koalisi besar ini. Tapi untuk saat ini kita belum pada tahap membicarakan siapa capres siapa cawapres," ucap Lamhot.
Selain menyamakan frekuensi dan visi, di dalam koalisi ini juga belum sampai pada pembahasan partai apa yang nantinya akan menjadi pemimpin koalisi.
Terkait hal itu, Lamhot menegaskan sudah seharusnya Golkar lah yang memimpin koalisi, mengingat perolehan kursi Golkar lebih besar ketimbang keempat partai lainnya, yaitu Gerindra, PAN, PPP, PKB.
"Secara perolehan kursi, Golkar ini kan peroleh kursi terbesar. Jadi sudah selayaknya lah Golkar yang akan memimpin koalisi besar ini, gitu," kata Lamhot. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif