JAKARTA - Harapan publik sepak bola Jakarta Utara melihat Persitara bersatu lagi belum akan terwujud. Pasalnya, progres menyatukan dua tim berjuluk Laskar si Pitung belum dilakukan kedua kubu.
Kubu Persitara versi kompetisi Divisi Utama PT Liga Indonesia (LI) sebenarnya sudah membuka pintu rekonsiliasi. Dewan pembina Persitara yang juga Exco PSSI Hardi Hasan mengaku tak masalah jika dua tim Persitara dilebur.
"Saya tidak punya kepentingan dalam dualisme Persitara. Justru saya senang, kalau hanya ada satu tim Persitara," ungkap Hardi Hasan kepada INDOPOS.
Menurut Hardi, siapapun yang mengelola Persitara tidak jadi soal. Asal, lanjut pria yang juga politisi DPRD DKI Jakarta itu, Laskar si Pitung diikutkan dalam kompetisi yang dioperatori PT Liga Indonesia.
"Sekarang, kompetisi yang eksis dan punya masa depan yakni kompetisi PT Liga Indonesia. Jadi sebaiknya, Persitara tetap melanjutkan ikut kompetisi di PT Liga Indonesia," tandasnya.
Sebenarnya, tim Persitara versi Divisi Utama PT LPIS juga diproyeksikan ikut kompetisi gelaran PT LI. Tapi, kubu Hardi juga membentuk tim dan didaftarkan dalam kompetisi LI. Nah, jelang kompetisi dimulai PT LI memutuskan mengakomodir Persitara bentukan Hardi.
Itu karena Persitara bentukan S Andyka, tidak mau mengakui kepengurusan Pengprov PSSI pimpinan Hardi. Melainkan mengakui pengprov versi pimpinan Rivaid Ismail.
"Sekarang, dualisme itu di PSSI sudah berakhir. Sekarang PSSI sudah tidak mengakui pengprov sana. Sudah lah, mending Persitara dijadikan satu. Saya dan Daeng (Rizal Hafid) juga tidak mampu membiayai Persitara sendiri," tutur Hardi.
Sayang, inisiatif Hardi mengajak rekonsiliasi kubu S Andyka tidak gayung bersambut. Hingga saat ini, kubu Persitara versi PT LPIS masih bergeming atas tawaran rujuk tersebut. (sis)
Kubu Persitara versi kompetisi Divisi Utama PT Liga Indonesia (LI) sebenarnya sudah membuka pintu rekonsiliasi. Dewan pembina Persitara yang juga Exco PSSI Hardi Hasan mengaku tak masalah jika dua tim Persitara dilebur.
"Saya tidak punya kepentingan dalam dualisme Persitara. Justru saya senang, kalau hanya ada satu tim Persitara," ungkap Hardi Hasan kepada INDOPOS.
Menurut Hardi, siapapun yang mengelola Persitara tidak jadi soal. Asal, lanjut pria yang juga politisi DPRD DKI Jakarta itu, Laskar si Pitung diikutkan dalam kompetisi yang dioperatori PT Liga Indonesia.
"Sekarang, kompetisi yang eksis dan punya masa depan yakni kompetisi PT Liga Indonesia. Jadi sebaiknya, Persitara tetap melanjutkan ikut kompetisi di PT Liga Indonesia," tandasnya.
Sebenarnya, tim Persitara versi Divisi Utama PT LPIS juga diproyeksikan ikut kompetisi gelaran PT LI. Tapi, kubu Hardi juga membentuk tim dan didaftarkan dalam kompetisi LI. Nah, jelang kompetisi dimulai PT LI memutuskan mengakomodir Persitara bentukan Hardi.
Itu karena Persitara bentukan S Andyka, tidak mau mengakui kepengurusan Pengprov PSSI pimpinan Hardi. Melainkan mengakui pengprov versi pimpinan Rivaid Ismail.
"Sekarang, dualisme itu di PSSI sudah berakhir. Sekarang PSSI sudah tidak mengakui pengprov sana. Sudah lah, mending Persitara dijadikan satu. Saya dan Daeng (Rizal Hafid) juga tidak mampu membiayai Persitara sendiri," tutur Hardi.
Sayang, inisiatif Hardi mengajak rekonsiliasi kubu S Andyka tidak gayung bersambut. Hingga saat ini, kubu Persitara versi PT LPIS masih bergeming atas tawaran rujuk tersebut. (sis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lebih Rp 2 Miliar Jatah Pemain Timnas tak Diserahkan
Redaktur : Tim Redaksi