Wacana PJJ Permanen, Pengamat: Mendikbud Nadiem Harus Tiru Cara Kerja Dokter

Senin, 06 Juli 2020 – 09:44 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Wacana pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan dipermanenkan memantik kritik pengamat dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji.

Menurut Indra, kebijakan tersebut terlalu dini dan bisa dikatakan tindakan malapraktik kalau istilah kedokteran.

BACA JUGA: Mendikbud Nadiem: Sekolah Berasrama Gunakan PJJ

"Membangun SDM tidak sama dengan membangun aplikasi. Kalau aplikasi tinggal dibuat perintah, jadi tuh aplikasi," kata Indra kepada JPNN.com, Senin (6/7).

Membangun manusia, lanjutnya, butuh proses. Dalam proses transformasi ada teori yang sering dipakai disebut difusi inovasi.

BACA JUGA: Kemendikbud Siapkan Modul PJJ Selama Masa Pandemi COVID-19

"Sejak Maret saat diberlakukan PJJ, sudahkah ada evaluasi PJJ daring? Kan enggak tahu PJJ itu berhasil atau tidak diterapkan," ujarnya.

Harusnya kata Indra, Kemendikbud melakukan evaluasi PJJ dalam konteks membangun manusia.

BACA JUGA: Komisi X DPR RI: Maksimalkan Rumah Belajar Kemendikbud saat PJJ

Contohnya seorang dokter, apakah bisa mengobati penyakit tanpa diperiksa dulu pasiennya? Bahkan harus cek laboratorium, observasi, diskusi dengan tim dokter, baru menyusun program penyembuhan.

"Ini enggak tahu sakitnya apa, langsung semua pasien dioperasi. Konsep yang dilakukan Kemendikbud ini yang disebut one size fits all alias satu ukuran untuk semua. Ini bertentangan dengan pembelajaran daring. Sebab, seharusnya memberikan personalized/ individualized learning. Artinya setiap orang mendapatkan pelayanan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisinya," bebernya.

Ini kata Indra adalah pedagogi daring. Dia berharap yang membuat kebijakan harusnya paham tentang hal itu.

Jadi tidak bisa cuma bilang PJJ daring permanen terus berharap bisa jalan dengan sendirinya.

"Kalau mindset-nya seperti buat aplikasi, boleh dikatakan wacana Mendikbud Nadiem Makarim hanya omdo alias omong doang," ucapnya.

Dia mengingatkan Nadiem, bahwa yang dibangun adalah manusia.

Ikutilah cara para dokter mendiagnosis pasien sebelum mengambil tindakan.

"Kalau belum diperiksa masa sudah dikasih resep. Kalau mati karena alergi atau komplikasi, bagaimana? Pola ini kalau di dunia kedokteran disebut malapraktik," tandasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler