jpnn.com - KASUS tambang berdarah di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, membuat keluarga
Keluarga Salim Kancil, aktivis yang menolak penambangan pasir di Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang kini didatangi banyak pihak. Mulai tetangga, aktivis, sampai bupati. Meski demikian, rupanya masih ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi.
BACA JUGA: APKLI: TNI Harus Libas Penggadai Kedaulatan NKRI
Informasi Jawa Pos Radar Semeru, sejak pembunuhan terhadap Salim alias Kancil, banyak pihak yang mendekati keluarga. Parahnya, kepentingan mereka tidak jelas.
Bahkan, ada yang terindikasi hendak memanfaatkan situasi atas terbunuhnya Salim.
BACA JUGA: PSI Desak Pemerintah Tetapkan Tragedi Asap Masuk Bencana Nasional
Tijah, istri almarhum Salim, menyatakan baru didatangi orang tak dikenal dan memaksa meminta tanda tangan. Seingatnya, mereka datang berombongan. Kemudian, dia disodori berkas untuk ditandatangani.
Tijah mengaku tak mengerti berkas yang disodorkan kepadanya itu berisi dokumen apa. Sebab, dia buta huruf. Yang jelas, di berkas itu sudah ada tulisannya, bukan blangko kosong.
BACA JUGA: Apa Salahnya Terima Bantuan dari Singapura Tanggulangi Asap?
Tijah mengaku dipaksa untuk menandatanganinya. Namun, karena tak bisa menulis, akhirnya dia hanya membubuhkan cap jempol. Setelah mendapatkan cap jempol, tiga orang itu pergi meninggalkan rumah almarhum Salim.
Kejadian tersebut ternyata tak hanya sekali. Beberapa waktu kemudian datang lagi sekelompok orang dengan tujuan sama. Mereka datang, lalu meminta Tijah menandatangani berkas yang sudah disiapkan.
Kelompok itu lagi-lagi tak menjelaskan untuk kepentingan apa berkas tersebut. Mereka hanya meminta agar Tijah menandatanganinya. ''Tapi, saya tak mau,'' katanya.
Tijah menyatakan, dirinya bersedia cap jempol saat ada orang yang memintanya kali pertama karena tidak tahu. Namun, ketika menceritakan peristiwa yang dialaminya itu ke beberapa tetangga dan aktivis antitambang, dia diperingatkan.
Sebab, Tijah sudah membubuhkan cap jempol di berkas yang tak jelas untuk apa. Mereka khawatir berkas disalahgunakan. Berangkat dari pengalaman itulah, dia menolak ketika ada lagi orang meminta tanda tangan atau cap jempolnya. (dt/ras/c19/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Khusus Honorer K2, Dengerin Nih Kata Kepala BKN
Redaktur : Tim Redaksi