jpnn.com, JAKARTA - Harga emas kembali merosot pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
Kemerosotan harga emas memperpanjang penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut karena tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat.
BACA JUGA: Harga Emas Pegadaian, Selasa 30 Agustus 2022, Antam dan UBS Ambrol
Kendati demikian, ada kemungkinan laju penurunan emas terhenti karena pelemahan USD.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, jatuh USD 13,4 atau 0,77 persen, menjadi ditutup pada USD 1.736,30 per ounce.
BACA JUGA: Sinyal Hawkish The Fed Mencuat, Harga Emas Langsung Ambrol
Emas berjangka menetap di level terendah sejak akhir Juli.
Emas berjangka turun tipis USD 0,10 atau 0,01 persen menjadi USD 1.749,70 pada Senin (29/8), setelah anjlok USD 21,60 atau 1,22 persen menjadi USD 1.749,80 pada Jumat (26/8).
BACA JUGA: Harga Emas Anjlok, Keuntungan 3 Hari Beruntun Ambyar, Sabar, Bun!
USD melemah pada Selasa (30/8) karena euro memperoleh momentum. Greenback mundur terhadap euro di tengah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan memperketat kebijakan moneter lebih agresif dari yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, prospek logam kuning sangat tertekan oleh prospek suku bunga AS yang lebih tinggi.
Emas merosot pekan lalu setelah The Fed mengisyaratkan tidak memiliki rencana untuk melonggarkan jalur pengetatan moneternya. Langkah itu mendorong USD ke puncak 20 tahun, dan juga menaikkan imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek.
Data ekonomi AS positif yang dirilis pada Selasa (30/8) juga menekan harga emas. Indeks kepercayaan konsumen dari lembaga riset Conference Board naik pada Agustus menjadi 103,2 dari 95,3 pada Juli.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan lowongan pekerjaan AS naik secara tak terduga pada Juli, dengan jumlah posisi yang tersedia naik tipis menjadi 11,2 juta, melampaui semua perkiraan dan dari 11 juta yang direvisi pada Juni.
Dalam diskusi dengan Kamar Dagang Regional Huntington di Huntington, Virginia Barat, pada Selasa (30/8), Presiden Federal Reserve Richmond, Tom Barkin mengatakan berkomitmen untuk mengendalikan inflasi dan ada jalan untuk sampai ke sana.
Dia juga mengakui bahwa resesi adalah risiko yang jelas karena Federal Reserve memperketat kebijakan moneter.
Investor sekarang menunggu data penggajian AS yang akan dirilis pada Jumat (2/8).
Kekuatan di pasar tenaga kerja kemungkinan akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga secara agresif. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul