Wajah Musafir Hancur Dicangkul Sama Mustofa, Puniah Berteriak, Dor!

Rabu, 27 Januari 2021 – 13:58 WIB
Lokasi rumah korban yang dipasang garis polisi. Di dalam kamar rumah inilah Musafir alias Safir dicangkul hingga tewas. Inset, jenazah Safir saat masih di lokasi kejadian. Foto: Iwan Andrik/Jawa Pos Radar Bromo

jpnn.com, REMBANG - Musafir alias Safir meninggal dunia dengan wajah hancur dicangkul oleh Mustofa atau biasa disapa Tofa, di Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Rembang Jawa Tengah, Senin (25/1) lalu.

Safir, 33 tahun, merupakan adik dari Tofa (40).

BACA JUGA: Protes soal Limbah B3, Lilik Jalan Kaki dari Rembang ke Semarang Menemui Ganjar

Puniah, sang ibu, tidak menyangka bakal kehilangan Safir seperti itu.

Wanita itu langsung berteriak hingga mengundang warga berdatangan setelah melihat Safir bersimbah darah. Wajah Safir luka usai dipacul oleh Tofa, di dalam kamar rumahnya.

BACA JUGA: Munarman FPI Mengomentari Aksi Banser di Rembang, Keras!

Berdasarkan keterangan Kades Pandean Abdul Karim, insiden memilukan itu berlangsung sekitar pukul 10.00.

Ketika itu korban sedang tidur di kamarnya. Sementara bapak dan ibunya, Puniah dan Salamun, sedang menggarap ladang mereka.

BACA JUGA: Dapur Bersimbah Darah, AS Hanya Diam, Cangkul Jadi Barang Bukti

Korban selama ini memang tinggal serumah dengan orang tuanya. Termasuk pelaku, juga tinggal di rumah itu. Setiap hari, biasanya mereka berempat ke ladang.

Namun Senin (25/1) pagi itu, korban tidak ke ladang. Dia tidur di kamarnya. Sementara pelaku, juga tidak ke ladang.

Entah setan apa yang merasuki terduga pelaku Mustofa pagi itu.

Sekitar pukul 10.00, tiba-tiba ia mengambil cangkul dan masuk ke kamar adiknya.

Saat itulah, pelaku langsung mencangkul korban. Cangkulan tersebut mengenai wajah korban. Akibatnya, wajah korban rusak dan penuh dengan darah.

Di saat bersamaan, Puniah pulang ke rumahnya dari ladang. Perempuan tua itu sempat menyaksikan saksi Tofa masuk ke kamar korban.

Puniah pun langsung mencegah. Dia berteriak-teriak agar pelaku tidak mencangkul adiknya.

Namun teriakan Puniah sia-sia. Pelaku seolah tidak mendengar teriakan ibunya.

“Ibunya teriak-teriak mencegah waktu itu. 'Jangan dicangkul, jangan dicangkul'. Namun seolah dia tidak mendengar,” tuturnya Abdul Karim seperti dilansir Radar Bromo, Selasa (26/1).

Pelaku langsung saja mencangkul wajah adiknya. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Akibatnya, wajah adiknya sampai rusak parah.

Teriakan Puniah pun terdengar tetangganya saat itu. Seorang tetangga korban lantas datang ke rumah itu.

Melihat ada orang datang, pelaku keluar dan lari dari rumah. Ia berjalan kaki menuju jalan raya Pasuruan-Surabaya, dari rumahnya. Cangkul dibawanya kabur.

Saat kabur itu, Tofa berpapasan dengan Fathoni, tetangga mereka yang lain.

Fathoni pun keheranan melihat pelaku berjalan kaki sambil membawa cangkul.

Khawatir ada sesuatu, Thoni –panggilannya- menuju rumah Tofa. Saat itulah, dia mendapat informasi Tofa baru saja mencangkul adiknya.

Ia bersama warga kemudian mengadukan kejadian itu ke Pos Lantas PIER. Dari laporan itulah, petugas kemudian mengejar pelaku.

Petugas mengejar pelaku hingga sampai di Pandelegan, Desa Raci, Kecamatan Beji, sekitar pukul 11.30.

Tim gabungan Polisi Lalu Lintas bersama TNI menemukan pelaku di tepi jalan raya Pasuruan-Surabaya, Dusun Pandelegan, Desa Raci.

Petugas pun langsung berusaha mengamankan pelaku.

Namun upaya tersebut berbuah perlawanan. Pelaku menyerang petugas dengan cangkul.

“Mau ditangkap, tetapi malah menyerang. Kami tidak berani,” imbuh Thoni, yang ikut mengejar terduga pelaku.

Saat itulah, tembakan ke langit dikeluarkan petugas. Dor!

Letusan senjata api itu membuat keder pelaku. Ia menyerah dan tak lagi melakukan perlawanan.

Amuk massa pun menjadi. Warga yang berada di lokasi, memukulinya. Petugas pun mengamankan tersangka dan memborgolnya. (one/fun)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler