Hal ini ia ungkapkan dalam menanggapi pengangkatan 28 penyidik Polri sebagai pegawai tetap di KPK, tanpa prosedur sesuai aturan yang berlaku di lingkungan kepolisian. Nanan justru meragukan anak buahnya yang memilih bertahan di KPK karena alasan idealisme.
"Saya karena idealisme, Pak. Waduh luar biasa idealisme itu. Tapi siapa yang tahu udah telanjur nyicil rumah? Karena gaji di KPK kan gede, kalau polisi begitu pindah kembali ke Polri, waduh nyicil gimana nih. Atau karena di KPK lebih santai. Misalkan demikian ya. Keluar itu boleh saja, itu hak, tapi harus sesuai aturan," ujar Nanan sambil tertawa, di Jakarta, Jumat (5/10).
Layaknya berpindah tugas, kata Nanan, seharusnya, para penyidik di KPK melapor terlebih dulu keinginan mereka untuk mundur dari Polri. Sayangnya hal itu tak dilakukan para penyidik.
"Ada prosedur yang harus diikuti. Administratif. Perpisahan dulu lah. Wah saya mau perpisahan. Silakan ngomong baik-baik. Kok kayak musuhan sama polisi. Kenapa," tanya Nanan.
Ia menyatakan, Polri akan mengkaji kembali persoalan tersebut dengan KPK. Namun belum dapat dipastikan kapan pertemuan antara kedua pihak bisa digelar.
Meski demikian Nanan tetap mengingatkan anak buahnya yang memilih bertahan di KPK untuk taat aturan. "Enggak ada masalah, asal ada prosedurnya. Khianat-khianat itu urusan hati nurani masing-masing. Yang merasakan dia. Manusia kadang-kadang terpengaruh kognitif. Wah ini enak nih gaji besar, misalkan begitu. Mungkin saya salah bilangnya," kata Nanan.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Janji tak Intervensi Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi