jpnn.com - SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menunjukkan sikap berbeda menyikapi polemic sistem transportasi online. Wanita yang akrab disapa Risma itu justru mendukung langkah pemerintah pusat yang akan menghapus sistem angkutan atau transportasi yang menggunakan aplikasi online seperti Gojek, Grab Bike, Uber Taxi atau pun Grab Car. Pasalnya, inovasi di kalangan pengusaha transportasi tersebut dianggap menimbulkan persaingan yang tidak fair antara pengusaha yang menggunakan sistem online dan yang tidak.
“Sebetulnya nggak masalah kalau pakai teknologi. Tapi yang menjadi permasalahan adalah hal itu menciptakan persaingan tidak sehat,” kata Risma di Balai Kota, akhir pekan lalu.
BACA JUGA: Lusa, Hary Tanoe ke Lampung, Ada Apa?
Menurut wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation ini, angkutan online menggunakan sistem subsidi dari pihak perusahaan. Subsidi tersebut membuat tarif yang dipatok untuk pengguna jasa angkutan tersebut menjadi lebih murah.
Sedangkan para penyedia jasa angkutan konvensional (tidak online) yang ada saat ini, tidak menggunakan sistem subisidi. Otomatis biaya angkutan dibebankan seluruhnya kepada pengguna jasa sehingga tarif jasa menjadi lebih mahal. Itulah mengapa ia menyebutnya sebagai persaingan yang tidak sehat.
BACA JUGA: Pria Beristri Dua Ditemukan Menggantung di Kamar Mandi
“Makanya, saya mendukung kalau pemerintah pusat melakukan penghapusan (angkutan online). Saya bersyukur,” imbuh Risma.
Ia justru khawatir jika sistem itu terus diberlakukan, maka gesekan di bawah atau di masyarakat akan berkelanjutan dan hal tersebut mengerikan. “Ngeri itu kalau diteruskan,” imbuhnya.
BACA JUGA: Astaga, Warga jadi Bonyok Dilempari Duren
Ia lantas mencontohkan aksi unjuk rasa para sopir taksi yang berujung pada aksi kekerasan yang terjadi di Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Hal tersebut adalah dampak yang sudah mulai terlihat jelas.
Menurut Risma, urusan transportasi ini adalah urusan yang menyangkut perut. Dimana orang yang mendapatkan tekanan dari sana-sini maka akan mulai menimbulkan reaksi agar bisa bertahan.
Risma mencontohkan tekanan yang dirasakan oleh para sopir angkot dan juga taksi. Saat ini, dengan adanya layanan ojek atau pun taksi online yang menggunakan fasilitas aplikasi berbasis android dan menawarkan banyak kemudahan dan murah, angkutan konvensional sudah banyak yang ditinggalkan.
Risma mengakui jika penetrasi usaha transportasi online ini tidak hanya terjadi di ibu kota, tapi juga merambah ke kota-kota besar lain termasuk Surabaya. Namun, dirinya belum memberi keputusan untuk menerima atau menolak keberadaan mereka karena menunggu keputusan dari pemerintah pusat.
“Kalau di Surabaya, memang belum ada aturannya. Berulang kali, mereka (pengusaha angkutan online, Red) mengajak ketemu, tapi berkali-kali juga aku belum mau ketemu. Sebab, ini berat urusannya,” ulasnya. Untuk itu, Risma mengakui jika dirinya lebih memilih menunggu aturan lebih lanjut dari pemerintah pusat. (ima/jay/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasihan..Anak 3 Tahun jadi Rebutan Ayah dan Ibunya
Redaktur : Tim Redaksi