jpnn.com, BATAM - Wali Kota Batam Muhammad Rudi mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk membenahi permasalahan yang membelit RSUD Embung Fatimah Batam. Sejumlah persoalan baru yang muncul saat ini merupakan buntut dari permasalahan lama.
Oleh karena itu, pembenahan yang dilakukanan selama ini belum bisa membuat situasi stabil.
BACA JUGA: Rumah Liar dan Perkebunan Warga Makin Menjamur di Kawasan Dam
”Ini relatif, namun kami tak bisa menyelesaikan dalam waktu dekat. Karena ini efek dari permasalahan yang dulu,” ujar Rudi kepada Batam Pos, Rabu (24/4).
Dikatakan Rudi, pihaknya bersama Dewan Pengawas sudah pernah mendudukkan permasalahan tersebut, namun hingga kini belum mene-mukan jalan keluar terbaik.
BACA JUGA: Pencoblosan Ulang di TPS 43 Sungai Jodoh akan Digelar Lusa
”Ini permasalahan waktu saja, sudah pernah didudukkan,” jelasnya.
Menurut dia, permasalahan obat sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah serius. Sebab, keluarga korban yang sakit masih bisa membeli obat. ”Tak terlalu menyulitkan pasien karena pelayanan tetap berjalan. Kecuali yang sakit disuruh beli obat, ini kan keluarganya,” terangnya.
BACA JUGA: Layanan Medis di RSUD Embung Fatimah Batam Kembali Dikeluhkan Warga
Apalagi, lanjut Rudi, saat ini sudah ada sistem online di RSUD yang dapat mengontrol dan menye-lesaikan masalah dengan cepat.
Sementara itu, manajemen RSUD Embung Fatimah mengklaim secara umum tidak ada masalah dengan stok obat-obatan. Keluhan pasien yang harus beli obat di luar sebelumnya bisa saja jenis obat tertentu yang memang sedang habis di waktu bersamaan atau obat yang langka untuk penyakit tertentu.
”Secara umum aman kok (stok obat, red). Kalau memang ada keluhan seperti itu sebaiknya langsung ke manajemen. Manajemen bertanggung jawab atas kekurangan obat.
Kalau tak lapor (ke manajemen, red) ya tak ada solusi,” ujar Direktur RSUD Embung Fatimah Batam Ani Dewiyana, kemarin.
Sebagai rumah sakit yang ramai didatangi pasien dengan berbagai jenis keluhan penyakit, habisnya stok obat untuk jenis-jenis tertentu memang tak bisa dipungkiri. Namun, tegas Ani, bukan berarti stok obat secara umum di RSUD bermasalah.
”Ada jenis tertentu yang baru habis karena ramai pasien. Itu bisa dimaklumi karena untuk datangkan lagi harus melalui proses. Tapi jika ada pasien yang keberatan temui manajemen biar dicarikan solusi,” kata Ani lagi.
Sejauh ini, sambungnya, proses pengadaan obat-obatan di RSUD lancar-lancar saja. Pengadaan obat tetap harus melalui prosedur, sehingga tidak bisa langsung datang di saat obat tersebut habis.
”Ada prosesnya sehari atau dua hari. Ini juga harus dipahami,” ujarnya.
Disinggung apakah pasien BPJS bisa mendapat ganti uang jika beli obat di luar? Ani enggan berkomentar dan hanya menyarankan agar pasien atau keluarganya menemui manajemen RSUD.
Seperti diberitakan sebelumnya, banyak pasien yang berobat di RSUD pada Selasa (23/4) lalu mengeluh karena harus membeli obat di luar rumah sakit. Obat yang dibeli umumnya obat penyakit ringan seperti radang tenggorokan dan vitamin.
Kekurangan stok obat itu se-pertinya sudah diatasi oleh pihak manajemen, sebab pantauan di ruangan apotek kemarin, nyaris tak ada pasien yang mengeluh masalah obat-obatan. Hanya beberapa pasien yang mengaku beli obat di luar karena obat yang dibutuhkan obat langkah seperti untuk penyakit dalam dan lain sebagainya. (she/eja)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang PPDB, Pemerintah Kebut Pembangunan Ruang Kelas Baru
Redaktur & Reporter : Budi