jpnn.com, BANDUNG - Kementerian Agama gencar melakukan penguatan kompetensi penceramah agama di daerah. Kali ini Kanwil Kemenag Jawa Barat menggelar kegiatan tersebut untuk angkatan III di Bandung. Acara dibuka oleh Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi.
Wamenag mengapresiasi kiprah para dai dan tokoh agama dalam proses pembinaan keumatan. Agama dan berbagai perangkatnya adalah bagian tak terpisahkan dari kemajuan bangsa Indonesia.
BACA JUGA: Oknum ASN Ini Bantah Gunakan Buku Nikah Curian dari Kantor Kemenag
Zainut mengatakan, Kementerian Agama telah menggariskan pembinaan keumatan sebagai bagian penting pembangunan nasional. Kebijakan tersebut tercatat dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Agama 2020-2024. Setidaknya terdapat 3 isu penting terkait pembinaan keumatan.
Pertama, optimalisasi penyuluh agama Islam dalam pembinaan keumatan. Kemenag memiliki penyuluh agama Islam yang tersebar di seluruh Kecamatan di Indonesia. Ini menjadikan peran penyuluh agama begitu strategis dalam pembinaan umat di tingkat bawah.
BACA JUGA: Enam Pati TNI AL Kompak Menghadap KSAL Laksamana Yudo, Ada Apa?
“Kami akan terus mendorong para penyuluh ini makin nyata dan berperan luas dalam pembinaan keumatan,” kata Zainut saat kunker ke Jabar, Selasa (27/10).
Kedua, kemitraan strategis dengan ormas Islam dalam penguatan pendidikan, ekonomi, dan sosial-budaya. Menurut Wamenag, menjadi penting bagi Kementerian Agama untuk memastikan seluruh ormas Islam memiliki peran yang luas dalam pembinaan.
BACA JUGA: Beasiswa LPDP untuk Dosen PTKI Dibuka, Dirjen Kemenag: 2021, Studi di Luar Negeri
“Karena itulah, Kementerian Agama akan terus memperluas keterlibatan partisipasi publik, termasuk ormas Islam, dalam berbagai program pembinaan keumatan,” ujarnya.
Ketiga, optimalisasi dana sosial keagamaan dalam mendukung penguatan keuangan syariah dan pemerataan ekonomi. Kemenag telah membangun pengelolaan zakat dan wakaf. Saat ini, program tersebut secara bertahap telah menunjukkan hasilnya. Keduanya telah mengambil peran yang luas dalam pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan fasilitasi keagamaan.
“Peran inilah yang akan terus kami dorong dan perluas, berharap keduanya semakin nyata dalam membangkitkan keuangan syariah dan pemerataan ekonomi,” ujarnya.
Kepada para Dai, Wamenag mengingatkan bahwa permasalahan keumatan emakin beragam. Hal yang paling nyata adalah gencarnya arus informasi dari luar yang dalam beberapa sisi justru potensial merusak tatanan keberagamaan bangsa Indonesia. Hal itu menjadi tantangan bersama.
“Sebagai penceramah dan dai, sudah seharusnya kita hadir dan memberi solusi terhadap ghirroh atau semangat keberagamaan umat,” pesannya.
Kehadiran dai, lanjut Zainut, juga dituntut lebih milenial di beberapa aspek. Mengingat generasi muda saat ini cenderung menerima segala hal jika dibungkus secara milenial. Sehingga, cara dan metode penyampaian serta wawasan penceramah sangat menentukan tersampaikannya materi dakwah kepada para milenial.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad