Wamenag: Indonesia Tidak Butuh Revolusi, Tetapi...

Rabu, 03 Agustus 2022 – 00:20 WIB
Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan Indonesia tidak memerlukan revolusi kebudayaan. Foto Humas Kemenag

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan kebudayaan Indonesia saat ini dihadapkan pada pusaran arus globalisasi yang sangat dinamis dan multi dimensional.

Meski demikian, Indonesia tidak memerlukan revolusi kebudayaan, tetapi membutuhkan strategi untuk bisa bertahan.

BACA JUGA: Wamenag Zainut Tauhid: Selamatkan Harta Benda Wakaf

”Indonesia membutuhkan strategi kebudayaan untuk bertahan di tengah pusaran global,” ungkap Wameng Zainut, Selasa (2/8).

Indonesia, kata Wamenag, memiliki pengalaman sejarah berkenaan dengan seni dan budaya yang pernah menjadi alat propaganda ideologi yang bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

BACA JUGA: Wamenag: Iduladha 1443 Hijriah Jatuh Pada 10 Juli

Tantangan saat itu bisa dijawab secara bijak, persuasif oleh para seniman dan budayawan muslim dengan membentuk wadah, yaitu: Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti Buya Hamka, Bahrum Rangkuti, Junan Helmy Nasution, H. Sudirman.

Kemudian Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) yang dilahirkan tokoh-tokoh seniman Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani dan kawan-kawan. 

BACA JUGA: Soal Kasus Holywings, Wamenag Mengkritik Tegas, Pakai Kata Tumpul

Sejarah mencatat HSBI yang berafiliasi ke Masyumi dan Muhammadiyah, dan LESBUMI berafiliasi ke NU, memiliki peran sangat penting di masa lalu.

Terutama dalam mengadvokasi politik seni dan budaya yang berpijak pada nilai-nilai agama sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. 

“Dalam konteks kekinian, sarana dan media seni-budaya generasi millennial tidak boleh kehilangan orientasi keindonesiaan sebagai bangsa yang beragama dan berbudaya ketimuran dengan menjunjung tinggi norma-norma kesopanan,” jelasnya.  

Seni dan budaya, kata Wamenag, tidak boleh dijauhkan dari tujuan pembangunan manusia dan masyarakat yang bermoral, beragama, dan berkeadaban.

Di tengah arus budaya global dan teknologi informasi, umat Islam, dan bangsa Indonesia harus memiliki ketahanan kultural dalam memilah dan memilih unsur-unsur budaya dari luar yang tidak bertentangan dengan pandangan hidup masyarakat. 

“Ketahanan kultural paling kokoh adalah yang bersumber dari pandangan hidup, akidah dan way of life yang kita yakini, yaitu ajaran dan nilai-nilai agama,” pesannya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wamenag: Jemaah Haji Tidak Ada Kegiatan Isolasi


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler