Wanbin Demokrat Siap-Siap "Kudeta"

Selasa, 07 Februari 2012 – 09:20 WIB

JAKARTA - Anjloknya kepercayaan publik berdasar hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menjadi catatan Dewan Pembina Partai Demokrat. Anggota Dewan Pembina (Wanbin) Partai Demokrat Hayono Isman mewanti-wanti jajaran pengurus DPP yang dipimpin Ketum Anas Urbaningrum untuk melakukan tindakan nyata memulihkan kepercayaan publik kepada partai.

"Sebab, itu tidak bisa dibiarkan," ujar Hayono kepada wartawan menjelang rapat kerja komisi I di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (6/2).

Hayono menyatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku ketua Wanbin Partai Demokrat telah mendapat laporan atas hasil survei LSI. "Kalau tidak ada tindakan konkret dari partai, bisa menurun terus itu," ujar dia, mengingatkan.

Hayono menjelaskan, mengatasi penurunan perolehan suara menjadi tugas DPP. Sebab, bukan tidak mungkin dengan kondisi seperti sekarang, perolehan suara Demokrat berdasar survei terus menurun. "Kalau DPP tidak mampu, dewan pembina akan turun tangan," tegasnya.

Secara pribadi, Hayono menyebut angka 10 persen sebagai batas kepercayaan dirinya terhadap DPP. Saat ini kepercayaan publik terhadap Demokrat menyentuh angka 13,9 persen. "Kalau menyentuh angka 10 persen, partai tidak perlu menunggu proses hukum, nggak perlu tunggu DK, partai harus mengambil tindakan dan langkah konkret," tegas dia.

Sampai kapan wanbin memberi DPP waktu? Hayono menyatakan, wanbin memantau terus perkembangan setiap survei. Setidaknya saat ini ada penurunan tajam sekitar 8 persen dari kemenangan Demokrat yang menyentuh kisaran angka 20 persen. LSI memprediksi, penurunan perolehan suara Demokrat 1 persen setiap bulan.

"Kita lihat nanti bagaimana keputusan DPP, jangan sampai turun di bawah 10 persen. Kalau dibiarkan terus turun, tidak bertanggung jawab namanya," papar dia.

Hayono juga tidak membantah kabar munculnya faksi di kalangan internal Demokrat. Menurut dia, di setiap partai pasti terdapat kelompok-kelompok yang terdiri atas faksi-faksi kepentingan. "Itu menurut saya wajar, tidak wajar kalau faksi itu saling menjatuhkan," tutur dia.

Bukan hanya satu atau dua faksi, Hayono menyebut ada tiga hingga lima faksi. "Tidak hanya terbatas pada faksi Pak Andi (Mallarangeng) dan Pak Marzuki (Alie). Tapi, semuanya faksi Pak SBY," tegas dia.

Terpisah, Wakil Ketua DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pramono Anung Wibowo menyatakan, yang diperoleh survei merupakan cerminan dari yang terjadi dan dirasakan publik. Kalau melihat komposisinya, sebenarnya tiga partai besar itu selalu hampir berpindah-pindah saja.

"Kami tentu tidak hanya menggunakan referensi hasil survei LSI. Tapi, ada juga lembaga survei Indonesia yang kurang lebih isinya (PDIP, Golkar, dan Demokrat, Red) tetap pada posisi tiga besar," ujar Pram, sapaan akrab Pramono, di gedung parlemen, Jakarta, kemarin.

Pram melihat, dari sejumlah hal yang terjadi dalam delapan bulan terakhir, masalah internal Demokrat tentu sangat berarti untuk menurunkan respons publik. "Namun, tidak etis untuk mengomentari apa yang terjadi dengan urusan internal Partai Demokrat," ucap Pram.

Pram menambahkan, perjalanan menuju Pemilu 2014 juga masih jauh. Masih ada waktu 2,5 tahun. Masih banyak hal yang bisa terjadi. Sedangkan survei hanya terjadi dan berlaku saat dilaksanakan.

"Sehingga bagaimana partai menjaga konsistensi. Juga yang paling penting, jangan ada peristiwa yang bisa menurunkan secara signifikan suara partai," jelas dia. PDIP sendiri pernah mengalami hal itu saat persoalan cek perjalanan muncul pada 2008 dan 2009. "Saat itu survei PDIP paling tinggi. Tapi, akibat hal itu, turun drastis," terang dia. (bay/c11/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PSU Buton Molor, Gubernur-Pjs Bupati Dituding Berkolaborasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler