Wanita Emas: Ridwan Kamil Tidak Layak jadi Capres, Begini Alasannya

Senin, 09 Agustus 2021 – 22:12 WIB
Ketua Umum Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas) Hasnaeni saat melakukan kunjungan ke Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, SUKABUMI - Ketua Umum Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas) Hasnaeni menilai Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak layak menjadi calon presiden (capres) di Pilpres 2024.

Sebab, menurutnya pria itu tak mampu memperbaiki kondisi di wilayahnya.

BACA JUGA: Ada Kabar Baik dari Ridwan Kamil soal Covid-19 di Jabar

“Masukan saya ke Pak Ridwan Kamil, janganlah bermimpi untuk menjadi calon presiden 2024, karena membereskan orang yang tidak bermasker saja tidak bisa,” kata Hasnaeni, Senin (9/8).

Hasnaeni menyampaikan hal itu ketika melihat banyak warga di salah satu wilayah Sukabumi, yakni Citarik, tak mengenakan masker. Hal ini ia dapati kala dirinya hendak membeli ikan di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Wanita Emas Siap Mewakafkan Diri untuk Mengatasi Pandemi Covid-19

“Saya tadi beli ikan di pelabuhan ikan di Sukabumi. Saya melihat orang yang tidak menggunakan masker di Citarik, ya," ujar Hasnaeni.

Oleh karena itu, Hasnaeni pun berinisiatif membagikan masker kepada masyarakat yang tak mengenakan masker. Seiring dengan itu, dia membagikan uang Rp 50 ribu kepada mereka guna meringankan beban masyarakat semasa pandemi Covid-19.

Hasnaeni menyayangkan masih ada daerah di Indonesia yang warganya mengabaikan terhadap protokol kesehatan (prokes).

Menurut dia, hal ini menjadi tanggung jawab kepala daerah di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.

"Bagaimana Ridwan Kamil mau mengurusi Indonesia, di Sukabumi saja warganya masih banyak yang tak pakai masker," imbuh dia.

Lebih lanjut, 'Wanita Emas', sapaan Hasnaeni juga mengkritik kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 pemerintah pusat.

Menurut dia, kebijakan tersebut tak kan ada artinya jika tak dibarengi dengan adanya data terkait Covid yang terintegrasi.

“Sara saya kepada Presiden Jokowi, data Covid ini harus terintegrasi. Sehingga kita bisa tahu orang yang sedang isoman, orang yang sedang OTG, orang yang kena Covid lagi bepergian, berjalan-jalan yang mana? Kami tidak bisa membedakan," paparnya.

"Percuma PPKM itu diperpanjang terus, kalau data tidak terintegrasi. Kasihan negara ini, seolah nyawa tidak berharga.".(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler