jpnn.com, JAKARTA - Bidang Diklat Badan Pengelola Masjid Istiqlal menyelenggarakan Webinar nasional dengan tema “Membangun Peradaban Islam Indonesia Berbasis Masjid.”
Webinar ini di selenggarakan pada hari Rabu (8/7/2020) di Masjid Istiqlal. Webinar dengan skala nasional tersebut dihadiri oleh peserta dari kalangan Ulama, cendikiawan, dosen, pengurus Masjid seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Medan, Sulawesi, Papua dan daerah lain di Indonesia termasuk peserta dari luar negeri diantaranya berasal dari Hongkong, Malaysia, dan Taiwan.
BACA JUGA: Gereja Ortodoks Rusia Kecam Rencana Erdogan Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid
Adapun Narasumber Webinar adalah Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI), Jusuf Kalla (Ketua Umum DMI), Prof Dr. Azumardi Azra (Cendikiawan Muslim), Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal )
Kiai Ma’ruf Amin sebagai Keynote Speaker dalam acara tersebut menyampaikan seminar ini sangat penting untuk mereviuw kembali peran dan fungsi masjid seperti pada zaman Rasulullah.
BACA JUGA: Upaya Mengubah Hagia Sophia Jadi Masjid Dikritik, Erdogan Geram
Masjid harus menjadi pusat peradaban, untuk menuju peradaban maka harus dibangun masyarakatnya dan masjid menjadi starting poin untuk membangun peradaban itu. Umat Islam tidak boleh terhegemoni dengan peradaban orang lain.
Kiai Ma’ruf mengingatkan potensi pemberdayaan umat di masjid saat ini belum termanfaatkan dengan optimal. Padahal, masjid merupakan tempat strategis untuk pembangunan dan pemberdayaan umat, salah satunya dalam sektor ekonomi.
BACA JUGA: Upaya Erdogan Mengembalikan Fungsi Hagia Sophia Jadi Masjid
Dia mendorong peningkatan fungsi masjid sebagai media pemberdayaan ekonomi umat. Potensi ini yang dalam waktu cukup lama belum termanfaatkan secara baik. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengembalikan salah satu fungsi masjid sebagai media pemberdayaan ekonomi umat.
Wapres menuturkan, kondisi ini terjadi karena masih adanya pemahaman yang menilai bahwa masjid tidak tepat untuk dijadikan pusat aktivitas ekonomi. Untuk itu diperlukan model bisnis yang mendorong jamaah untuk terlibat langsung di dalamnya.
Wapres juga mengingatkan tentang pentingnya pola pikir yang wasaty atau moderat dalam pembangunan Islam. Pola pikir ini dapat di tunjukan dengan cara berpikir yang dinamis dan tidak ekstrim.
Tempat yang paling baik untuk melalukan penguatan cara berpikir wasaty tersebut adalah masjid, karena itu tidak ada umat Islam yang lepas dari pengaruh masjid. Sehingga dalam jangka panjang hal itu bisa menjadi embrio membangun kembali peradaban Islam dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik (Khairah ummah(“, pungkasnya.
Senada dengan wapres, Jusuf Kalla, Ketua Umum DMI menjelaskan bahwa masyarakat harus didorong agar mampu untuk menjadi pelopor kemajuan, kemajuan masyarakat seiring dengan pemimpin yang adil sehingga mampu tercipata tatanan masyarakat yang punya peradaban.
Sejarah peradaban Abbasiyah misalnya pernah menjadi puncak ilmu pengetahuan dan peradaban. Sebelum Islam bahkan Yunani, Mesir Kuno pernah menjadi kota peradaban yang syarat dengan kemakmuran.
Abad 13 -15, Eropa yang menjadi pusat peradaban dan menguasai dunia. Abad 20 ini Negara Negara muslim masih tergantung kepada eropa. Banyak Negara muslim yang kaya, tetapi masih belum bisa berbuat banyak, masih banyak perang dan lain lain Kehancuran bisa dari dalam Negara Islam sendiri.
Indonesia dan Asia Tenggara, secara ekonomi sedikit lebih baik tetapi secara keilmuan masih tertinggal.
Oleh karena itu Jusuf Kalla mempunyai strategi bagaimana masjid harus di fungsikan dengan baik, salah satu motto DMI memakmurkan dan dimakmurkan masjid. Lebih lanjut Jusuf Kalla memerinci fungsi masjid diantaranya; tempat ibadah, menjadi pusat bantuan masyarakat, pemberdayaan ekonomi, pusat keilmuan dan-lain.
Cendikiawan Muslim, Prof. Dr. Azumardi Azra, menambahkan bahwa masjid juga bisa sebagai pusat ilmu pengetahuan dan teknologi, serta inovasi yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Hal ini pernah dilakukan misalnya Masjid Salman ITB yang berhasil membuat Ventilator. Maka menurutnya kalau berbicara peradaban harus dari semua sisi. Karena Kemajuan ekonomi merupakan tantangan bagi kita semua dan banyak umat islam masih terbelakang. Peradaban bisa dibangun melalui misalnya; sistim politik yang adil, pemahaman agama yang moderat, sehingga umat bisa nyaman dan tenang.
Sementara Prof, Nasarudin Imar (Imam Besar Masjid Istiqlal) menegaskan bahwa sekarang Masjid Istiqlal berkomitmen menjadi New Istiqlal, istiqlal tidak hanya sebagai pusat ibadah tetapi juga pusat peradaban dunia.
‘Hal ini ditandai dengan membuka berbagai macam program diantaranya pendidikan kader ulama, pusat dialog agama, pemberdayaan ekonomi, dan lain lain.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich