Lumpur mengalir ke arah selatan dari pusat semburan. Untungnya, penanggulan setinggi 2 meter dengan radius 100 meter dari pusat semburan rampung dikerjakan. Lumpur bercampur minyak mentah itu pun akhirnya bisa terisolasi karena tertahan tanggul.
Di lokasi, bau minyak masih menyengat. Tapi, minyak yang mengandung metana 34 low explosive limit (LEL) tersebut dianggap tidak berbahaya ketika dihirup manusia, meski mudah terbakar.
Kondisi itu membuat pemerintah tanggap darurat. Pemerintah Kabupaten Gresik ekstrawaspada terhadap kesehatan masyarakat dan pengunjung yang semakin banyak. Jumat (16/11) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik membagikan ribuan masker kepada warga. Kepala BPBD Hari Sucipto bersama relawan Tagana ikut membagikan masker kepada masyarakat.
"Tahap awal, telah dibagikan tiga ribu masker sumbangan PMI. Hari ini (kemarin) kami bagikan 8 ribu," kata Bupati Gresik Sambari Halim Radianto di lokasi semburan.
Pemkab, kata dia, belum bisa memastikan munculnya semburan lumpur minyak itu sebagai bencana. Sebab, pemerintah desa setempat menganggap semburan tersebut sebagai berkah. "Sebab, semburan itu berbau rupiah," ujar Sambari mengutip pernyataan Kades Metatu Nur Hudi.
Karena anggapan itulah, pemerintah tidak melarang masyarakat untuk melihat semburan. "Tapi, tetap di radius seratus meter dari pusat semburan," ujarnya. Hingga kemarin, radius bebas nyala api masih tetap 100 meter dari pusat semburan.
Kemarin adalah hari keempat munculnya semburan itu. Namun, pemerintah belum bisa memastikan jenis dan jumlah kandungan minyak yang keluar dari perut bumi tersebut. Meski, Sambari terus mencoba menghubungi JOB PPEJ yang telah melakukan uji kandungan lumpur minyak tersebut. "Minggu depan, Senin atau Selasa, mungkin hasilnya baru bisa diketahui," katanya.
Sumber di lingkungan operator migas menyebutkan, meski bau minyak cukup kuat, kandungan migas di pusat semburan tidak terlalu besar. "Kalau dilakukan eksploitasi, tidak feasible. Sebab, biaya operasi lebih besar dibanding kandungan minyaknya," tegasnya.
Meski, dia mengaku pernyataan itu masih berupa dugaan. Sebab, belum dilakukan observasi lebih dalam. "Berdasar pengalaman saja," ungkapnya.
Sambari optimistis semburan lumpur minyak di Bendungan Metatu tersebut mengandung minyak. Karena itulah, dia kemarin memerintah operator ekskavator untuk melebarkan pematang sawah dari semula satu meter menjadi 10 meter. Pelebaran pematang itu, selain untuk mempermudah"gerak petugas keamanan, dilakukan sebagai antisipasi bila hasil uji laboratorium menyatakan bahwa kandungan minyak di semburan lumpur Metatu layak dieksplorasi.
"Kalau nanti dinyatakan kandungan minyak di sini layak dieksplorasi, investor yang menggarap biar tidak sulit memasukkan alat beratnya," jelas Sambari.
Pusat semburan itu berjarak sekitar 200 meter dari Jalan Raya Metatu"Balongpanggang. Petugas atau masyarakat yang hendak melihat pusat semburan harus melintasi pematang selebar satu meter dengan berjalan kaki.
Sementara itu, sejak munculnya semburan lumpur minyak, Desa Metatu menjadi pusat perhatian masyarakat. Mereka datang berbondong-bondong untuk melihat semburan lumpur minyak dari dekat. Tidak hanya dari Gresik, banyak pula yang datang dari Surabaya, Lamongan, serta Mojokerto.
Berjubelnya warga mengakibatkan ruas Jalan Raya Metatu"Balongpanggang yang biasanya lengang mendadak ramai. Polisi pun harus menutup ruas jalan raya tersebut untuk kendaraan roda empat selain angkutan umum.
Kapolsek Benjeng AKP Imam Syafi"i menyatakan, penutupan ruas jalan itu tidak permanen. "Melihat kondisi massa di sekitar lumpur," ujarnya kemarin.
Pada hari libur 1 Muharam lalu (Kamis, 15/11, Red), "wisatawan" lumpur tersebut membeludak. "Kalau hari ini (kemarin) dan sangat mungkin Sabtu dan Minggu lusa tetap ramai, pengalihan arus tetap dilakukan," tambah Imam.
Mobil barang dari Cerme atau Duduksampeyan yang menuju Balongpanggang lewat Metatu sementara dialihkan melewati Jalan Raya Benjeng. "Dari arah sebaliknya (dari Balongpanggang ke Cerme atau Duduksampeyan), juga kami arahkan lewat jalur yang sama, Raya Benjeng," katanya.
Berdasar pantauan Jawa Pos, warga menyemut di sekitar pusat semburan sejak munculnya fenomena alam yang langka tersebut. PKL dan parkir dadakan yang dikelola pemuda desa setempat ketiban rezeki. Tarif sekali parkir sepeda motor Rp 2.000-Rp 3.000. "Setiap tim yang terdiri atas 3"4 orang bisa mendapat Rp 600 ribu-Rp 1 juta dalam sehari," kata Hadi Setiawan, pemuda Desa Metatu. (yad/c5/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bobol Polsek Apalapsili, OTK Gasak Lima Pucuk Senpi
Redaktur : Tim Redaksi