Hasil penelitian terbaru menunjukkan, warga Australia melihat masa depan sebagai situasi di mana orang-orang mahir dalam pekerjaan mereka tetapi tak becus memperlakukan sesamanya - dan media sosial disalahkan sebagai sebagian penyebabnya.

Sebuah tim peneliti bertanya kepada orang-orang dari Australia, China dan Jepang tentang pandangan mereka atas bagaimana masyarakat di masing-masing negara akan berubah.

BACA JUGA: Manfaatkan Baterai Panel Surya, Australia Akan Mulai Tinggalkan Aliran Listrik

Dr Paul Bain dari Fakultas Psikologi dan Konseling Universitas Teknologi Queensland (QUT) ambil bagian dalam penelitan tersebut dan mengatakan, pandangan dominan dari warga Australia adalah bahwa mereka akan menjadi lebih baik dalam pekerjaan, tetapi akan kehilangan rasa solidaritas antar sesama, kurang peduli untuk berbuat baik.


Warga Australia berpikir mereka akan lebih kompeten dalam pekerjaan walau kurang solider. (Foto: freeimages.com, surely)

BACA JUGA: Padang Rumput Laut yang Rusak Lepaskan Karbon Purba

Dr Paul menjelaskan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa warga Australia yakin masyarakat akan menjadi lebih ekstrim baik secara positif dan negatif, dengan platform online seperti Facebook membuat lebih mudah segala tujuan – apakah itu baik atau jahat.

Ia mengatakan, persepsi itu terkait dengan pembangunan dan kemajuan ekonomi.

BACA JUGA: Nutrisi Semakin Memiliki Keterikatan Kuat dengan Perkembangan Sel Kanker

"Idenya adalah, ada ketegangan yang melekat antara menjadi lebih baik secara ekonomi, lebih baik dalam pekerjaan, menjadi lebih kompeten dan mampu, tapi kehilangan rasa solidaritas - masyarakat menjadi lebih dingin terhadap satu sama lain, masyarakat menjadi kurang bermoral," utara Dr Paul.

Ia menambahkan, "Orang-orang berpikir bahwa mereka akan menjadi lebih baik pada hal-hal baik dan menjadi lebih buruk pada hal-hal yang buruk. Sebagai bagian dari masyarakat, kita akan lebih baik, tetapi juga lebih kejam."

Dr Paul mengatakan, teknologi dan media sosial akan disalahkan karena mereka mendukung situasi terciptanya situasi itu.

"Facebook membantu kita untuk mengungkapkan sifat manusia yang lebih baik, misalnya terhubung dengan teman dan mempertahankan hubungan, bahkan dengan mereka yang jauh," sebutnya.

"Tapi pada saat yang bersamaan, media itu menyediakan platform yang sangat baik untuk beberapa bagian terburuk dari sifat manusia seperti mengumpat dan berbuat kekerasan," sambungnya.

Di samping pandangan ini, Dr Paul mengatakan, warga Australia jauh lebih optimistis dibanding warga Jepang, tapi tak seoptimis mereka yang ada di China.

Ia berharap agar Perdana Menteri Malcolm Turnbull mampu memandu masa depan yang cerah, seraya menyebut bahwa warga yang terlibat dalam studi itu menunjukkan kekhawatiran akan kebijakan ekonomi yang terkadang, bahkan jika positif, bisa merugikan masyarakat.

"Menjadi sangat penting bahwa dalam kebijakan, Anda juga harus mengatasi 'apa yang akan terjadi di tengah masyarakat?' ... dan mengatasi kekhawatiran warga tentang penurunan moral masyarakat," jelas Dr Paul.

Penelitian- berjudul ‘Cultural beliefs About Societal Change’ –itu telah diterbitkan dalam Jurnal Psikologi Lintas-Budaya.

Sekitar 100 peserta dari masing-masing negara diwawancarai dalam penelitian ini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Segera Dibentuk Kawasan Laut yang Dilindungi Terbesar di Dunia

Berita Terkait