Setelah ditahan lebih dari dua tahun di Beijing, penulis asal Australia, Yang Hengjun akan menjalani persidangan atas kasus pengintaian tanpa pendampingan staf konsuler Australia.

Yang Hengjun adalah warga negara Australia keturunan Tiongkok yang pernah bekerja di Kementerian Keamanan negara sebelum pindah ke Australia.

BACA JUGA: Melbourne Berlakukan Lockdown Selama 7 Hari, Hanya Ada 5 Alasan Untuk Keluar Rumah

Dr Yang yang kini berusia 56 tahun akan menghadap pengadilan dua tahun setelah ditangkap di bandara Tiongkok.

Pihak berwenang Tiongkok belum pernah memberikan rincian mengenai tuduhan apa yang pernah dilakukan oleh Dr Yang secara terbuka.

BACA JUGA: Demi Masuk ke China, Warga Asing Palsukan Sertifikat Kesehatan

Duta besar Australia untuk Tiongkok, Graham Fletcher, mengatakan dirinya dilarang masuk ke ruang pengadilan karena kasus tersebut menyangkut masalah keamanan nasional, di samping dari pembatasan protokol COVID-19.

"Ini sangat disesalkan, mengkhawatirkan, dan tidak memuaskan," katanya ketika ditemui di luar gedung pengadilan.

BACA JUGA: Menurut Survei, Influencer adalah Golongan yang Paling Tidak dipercaya di Australia

"Kami sudah lama memiliki kekhawatiran soal kasus ini akibat kurangnya transparansi, dan karenanya berkesimpulkan ini adalah penahanan semena-mena."

Graham menambahkan bahwa apapun yang terjadi hari ini, pihaknya "tetap akan mendukung sepenuhnya dan memberikan bantuan konsuler kepada pihak keluarga".

Salah satu pengacara Dr Yang yang berbasis di Beijing, Shang Baojun, menolak memberikan rincian apapun mengenai kasus ini kepada ABC.

Istri Yang Hengjun, Yuan Ruijuan yang berada di Beijing juga mengatakan tidak tahu mengenai tuduhan yang dijatuhkan terhadap suaminya.

"Ini persidangan tertutup, jadi selain pengacara dan pihak penuntut, tidak seorang pun tahu apa yang terjadi di ruang pengadilan," kata Yuan.

"Saya sudah menantikan persidangan ini karena suami saya akhirnya berkesempatan membuktikan bahwa dia tidak bersalah," katanya lagi.

"Namun saya agak cemas mengenai persidangan karena melihat hubungan Australia-Tiongkok saat ini, sulit sekali untuk bersikap optimistis."

Yuan Ruijuan mengatakan kepada ABC bahwa dia berharap bisa melihat suaminya untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir setelah dia dijatuhi hukuman. Dr Yang mengatakan Tiongkok balas dendam terhadapnya 

Menjelang persidangan, pendukungnya mengeluarkan sebuah surat yang ditulis Dr Yang Hengjun selama ditahan, di mana dia mengatakan kasus ini adalah tindakan "balas dendam" karena berbagai tulisannya di internet yang keras mengenai politik Tiongkok.

Dia juga mengatakan dirinya "kuat secara rohani" dan bertekad "menghadapi penderitaan dan siksaan dengan tabah".

Surat itu juga menggambarkan pengalamannya di masa lalu ketika bekerja di Kementerian Keamanan Nasional, dengan menggambarkan pengalaman di Hong Kong di mana dia bekerja selama enam tahun.

Pendukung Dr Yang mengatakan sejak beranjak dari sistem pemerintahan Tiongkok di tahun 1990-an, dia tidak lagi mendukung sistem negara tersebut.

Dia kemudian pindah ke Australia, mendaftar kewarganegaraan dan menyelesaikan pendidikan doktoral di University of Technology Sydney.

Dr Yang sempat kembali ke Tiongkok beberapa kali, dan pernah tinggal di Amerika Serikat sebagai peneliti tamu di Columbia University di tahun 2019, sebelum kemudian terbang ke Tiongkok untuk merayakan Imlek dan ditahan setelah mendarat di bandara.

Dia kemudian ditahan selama dua tahun empat bulan di sebuah penjara di Beijing selatan, mengalami ratusan jam interogasi dan harus menulis surat untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

Yang Hengjun harus menunggu selama 19 bulan sebelum pihak berwenang memberikannya bantuan pengacara. Sampai sekarang, dia belum bisa menemui anggota keluarga atau tamu lainnya. Diplomat Australia dilarang masuk pengadilan

Sejumlah diplomat Australia tiba di gedung pengadilan No2 Pengadilan Menengah Beijing, namun tidak diizinkan masuk mengikuti proses persidangan.

Berbicara kepada ABC menjelang persidangan, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menolak memberikan spekulasi apakah diplomat akan diizinkan untuk memantau persidangan.

"Saya sangat berharap Dr Yang dapat melalui peradilan yang adil, namun kami belum mendapat penjelasan atau bukti mengenai tuduhan terhadapnya," katanya.

Pakar masalah hukum dari Australian National University (ANU) Donald Rothwell mengatakan perjanjian yang sudah ada antara Australia dan Tiongkok harusnya memberikan akses bagi staf konsuler, apapun tuduhannya.

"Tiongkok memiliki kewajiban yang jelas di Perjanjian Konsuler untuk mengizinkan pejabat Austalia menghadiri persidangan Dr Yang," katanya kepada ABC.

"Hak bagi pejabat Australia untuk menghadiri persidangan Dr Yang ada, meski ada pernyataan dari Tiongkok bahwa persidangan tertutup karena menyangkut keamanan nasional atau pembatasan COVID-19."

Bulan Maret lalu pemerintah Tiongkok juga menutup akses diplomat Kanada untuk persidangan dua warganya dengan tuduhan mata-mata, juga dengan alasan keamanan nasional.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel ABC News dalam bahasa Inggris

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Taiwan Tak Kunjung Mendapatkan Vaksin COVID-19, Gegara Campur Tangan China?

Berita Terkait