Warga Berkerumun Menonton Polisi Baku Tembak dengan Bandar Narkoba, Banyak yang Tidak Pakai Masker

Minggu, 17 Mei 2020 – 12:11 WIB
Warga permukiman kumuh Alemao membawa mayat bandar narkoba yang tewas ditembak polisi, Jumat (15/5). Foto: Reuters

jpnn.com, RIO DE JANEIRO - Puluhan orang mengabaikan risiko tertulari virus corona demi menonton baku tembak antara polisi dengan bandar narkoba di permukiman kumuh Alemao, Rio de Janeiro, Brasil.

Menurut saksi mata dan laporan media lokal, tim kepolisian setempat bersenjata lengkap menyerbu markas bandar narkoba di area tersebut pada Jumat (15/5) lalu. Baku tembak pun terjadi antara kedua pihak. Salah satu laporan bahkan menyebutkan tentang ledakkan granat.

BACA JUGA: Komandan Tempur KKB Tewas saat Baku Tembak, Dor!

Sesaat setelah peristiwa penyergapan disertai baku tembak itu, sejumlah warga mengangkut mayat korban tewas ke area gerbang masuk wilayah kumuh tersebut.

Sementara puluhan orang, yang kebanyakan tidak mengenakan masker atau perlengkapan pelindung diri lainnya, berkerumun di persimpangan jalan yang sempit.

BACA JUGA: Dua Kelompok Pembunuh Bayaran Baku Tembak, Banjir Darah

“Pembatasan sosial? Untuk siapa? Luar biasa bahwa nyawa orang miskin tidak berharga sama sekali, bahkan semasa pandemi!” demikian kritik yang disampaikan Fabio Felix, anggota dewan sayap kiri, melalui cuitan di Twitter.

Seiring dengan terjadinya peristiwa itu, Brazil tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19, dengan catatan sebanyak 14.919 kasus baru terjadi dalam waktu 24 jam, per Sabtu (16/5), sehingga totalnya kini mencapai 233.142 kasus—keempat terparah di dunia.

BACA JUGA: Pelaku Curanmor Tewas Saat Baku Tembak dengan Polisi

Adapun angka kematian terkait penyakit yang mewabah itu bertambah 816 dalam catatan waktu yang sama, hingga menjadi 15.633 kasus, menurut Kementerian Kesehatan Brazil.

Sejumlah warga di sekitar lokasi penyergapan mengeluh bahwa pemerintah menawarkan sedikit saja bantuan terkait penanggulangan wabah, tetapi masih menjalankan operasi kepolisian yang berisiko tinggi memperparah penularan virus di tengah masyarakat berpenghasilan rendah di sana.

Operasi disertai kekerasan meningkat dengan cepat di Brazil, dengan otoritas negara termasuk Presiden Jair Bolsonaro yang mendorong hal tersebut. Khususnya di Rio, operasi polisi dilaporkan menewaskan 1.810 orang sepanjang 2019—tertinggi sejak 1998.

“Dengan atau di luar konteks pandemi, kami meminta otoritas keamanan publik menghargai hak asasi manusia ketika melakukan operasi,” tulis Amnesty International untuk wilayah Brazil dalam sebuah cuitan di Twitter. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler