jpnn.com, PROBOLINGGO - Warga di Dusun Krajan, Desa Binor, Kabupaten Probolinggo, Jatim memilih menutup akses kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di wilayah itu.
Penutupan itu dipicu banyaknya warga yang meninggal akibat positif covid-19. Kelompok warga lain yang lelah melihat pemakaman, akhirnya menutup kawasan tersebut dengan memasang pengumuman di sebuah spanduk
Kepala Desa Binor Hostifawati mengatakan ada sebanyak 17 warga desanya meninggal dan dimakamkan di TPU setempat.
Oleh karena itu, sebagian warga lainnya berharap semua pihak patuh terhadap protokol kesehatan sehingga tidak ada lagi korban meninggal akibat covid-19.
BACA JUGA: Sempat Menurun, Jumlah Kasus Aktif Covid-19 di Jakarta Kini Naik Lagi, Sebegini Angkanya
Peringatan agar patuh protokol kesehatan itu dilakukan dengan memasang spanduk berukuran sekitar 3x2 meter persegi di pinggir jalan dekat gerbang masuk ke TPU.
Spanduk itu dituliskan dengan bahasa Madura yakni, 'Ella Lah Cokop Hop Koburen Totop Lakoh Jek Main Tematean Maloloh, Landuk ENH Lah Benyak Se Rosak/Potong. Toreh Ngangguy Masker'.
BACA JUGA: Vaksin COVID-19 Sebabkan Gangguan Menstruasi? Simak Hasil Penelitian Uni Eropa Ini
Terjemahannya kurang lebih seperti ini ‘Sudahlah cukup, STOP Kuburan Tutup Kerja. Jangan Main Mati-Matian Melulu Cangkulnya Banyak yang rusak/patah. Mari Memakai Masker.’
Sumrawi, warga Desa Binor mengatakan banner itu dipasang sejumlah warga desa setempat.
“Sebagian besar yang meninggal dunia sudah sepuh-sepuh, mungkin mereka jatuh sakit karena musim pancaroba,” kata Sumrawi.
Menurutnya, warga berharap semua patuh protokol kesehatan saat ini.
“Yang meninggal sudah sepuh-sepuh, karena mungkin tidak tahan adanya pancaroba. Akhirnya warga berinisiatif pasang banner itu untuk edukasi,” sambung Sumrawi.
Hal senada diungkapkan Teguh, warga Desa Binor yang biasa membantu menggali kubur.
“Seperti terpampang di banner, memang banyak peralatan gali kubur yang rusak dan patah karena sering dipakai,” ujarnya.
Warga pun disibukkan tahlilan setiap malam akibat banyak yang meninggal dunia.
“Lampu untuk tahlilan kurang karena yang meninggal 17 orang dalam sebulan,” katanya. (ngopibareng/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Natalia