Warga Cerita tentang Kelakuan Kelompok Kriminal Bersenjata

Minggu, 19 November 2017 – 00:45 WIB
Warga yang sudah dievakuasi dari Tembagapura kini ditampung di sekretariat KKJB Mimika di Jalan Budi Utomo. Tampak para warga berkumpul, Sabtu malam (18/11). Foto: FACHRUDDIN AJI/RADAR TIMIKA/JPNN.com

jpnn.com - Sejumlah warga Kampung Banti, Utikini, dan Kimbeli, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, yang berhasil dievakuasi, cerita mengenai kisah mereka selama diisolasi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Sebagian dari mereka masih trauma.

FACHRUDDIN AJI - RADAR TIMIKA

BACA JUGA: Kopassus dan Raider Kuasai Kimbeli, Kostrad Duduki Banti

Lega karena lolos dari maut, serta perasaan lainnya bercampur aduk dalam diri para pendulang yang berasal dari Pulau Jawa.

Mereka kini boleh merasa nyaman, sebab sudah terbebas dari ancaman dan intimidasi para anggota KKB.

BACA JUGA: Evakuasi 344 Warga Diwarnai Tembakan dari KKB, Tegang!

Meski mereka harus kehilangan uang, ponsel, atau emas dan barang lainnya.

Mereka bersyukur karena pasukan Kopassus, Raider, Kostrad, Brimob, dan dari sejumlah satuan lainnya berhasil melakukan evakuasi hanya dalam waktu 78 menit, tanpa ada korban jiwa.

BACA JUGA: Sehari, KKB Menyerang Dua Kali

Evakuasi sendiri dilakukan pada Jumat lalu berhasil membawa sekitar 344 warga yang terdiri dari berbagai suku, yakni Toraja, Jawa, Buton, NTT dan Batak, NTB, Maluku dan juga masyarakat asli.

Setelah evakuasi itulah para korban atau warga ini diserahkan kepada paguyuban masing-masing, untuk ditampung.

Salah satu korban atau warga tersebut adalah Budi, yang berasal dari Banyuwangi. Saat ditemui Radar Timika (Jawa Pos Group) di Sekretariat Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) yang merupakan tempat mereka ditampung pada Sabtu (18/11) kemarin, lelaki paruh baya ini mengatakan, bahwa kehidupan selama dua minggu di daerah konflik tersebut sangatlah mencekam, terutama di malam hari.

Apalagi ketika para anggota KKB melakukan patroli, yang dibarengi dengan pemukulan ataupun penjarahan ke rumah-rumah penduduk.

"Mencekam Mas. Kalau pagi sih masih mending, tapi kalau malam enggak bisa tidur Mas. Takut," katanya.

Budi yang baru empat bulan berada di daerah Kimbeli tersebut cerita, selain melakukan patroli dengan senjata, KKB juga melakukan penjarahan harta milik warga yang notabene adalah para pendulang tersebut.

"Semua diambil Mas, mulai dari HP, uang, emas, terus dipukul juga Mas," ungkapnya.

Ditanya soal rencana ke depan, Budi mengatakan masih bingung. Saat ini istri dan kedua anaknya masih membutuhkan biaya untuk makan dan juga sekolah.

"Masih bingung Mas, anak saya itu dua. Yang satu SMP yang satu SMA, masih butuh biaya sekolah. Nek tidak kerja yah makan dari mana Mas? Dan baru kemarin saya bisa menghubungi mereka, karena Hp juga dirampas," ujarnya.

Ia ingin pulang saja dan mencari pekerjaan di tempat tinggalnya. Apakah akan kembali ke Mimika saat keadaan aman, Budi hanya bisa melempar senyum tanpa menjawab.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Hendri. Pria berusia sekitar 25 tahunan ini mengatakan, kehidupan di daerah konflik sangat mencekam di malam hari, karena KKB melakukan patroli dan merampas semua barang berharga miliknya.

Pria yang sudah 6 tahun ini bolak-balik ke Demak dan Tembagapura. Ditanya soal bagaimana ia bisa berada di sana? Ia mengatakan ada oknum yang biasa membawa para pendulang untuk masuk, dan hal tersebut dikenakan ongkos Rp 1 juta per orang. Dan menurutnya hampir semua temannya seperti itu.

"Saya sudah 6 tahun bolak balik Mas, dan baru 2 bulan ini menetap," ujarnya.

Pria yang sebentar lagi menjadi ayah ini sangat sedih, karena saat ini dirinya tidak memiliki uang dan juga alat komunikasi, serta tidak punya pekerjaan.

Padahal istrinya sebentar lagi akan melahirkan. Sedang dirinya tidak memiliki harta lagi karena sudah dirampas oleh KKB.

" Sulit mas, semuanya sudah diambil, bahkan telepon genggam pun juga, sehingga saya baru bisa menelpon ketika sudah dievakuasi kemarin dengan bantuan KKJB," kata Hendri.

Ia pun bingung untuk menentukan pilihan, pulang ataukah balik lagi menetap di wilayah Tembagapura itu.

Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu Mimika (KKJB) Imam Parjono mengatakan, pihaknya rencananya akan memulangkan para pengungsi yang tidak memiliki keluarga di Mimika ini.

Namun pemulangan tersebut masih akan menunggu waktu yang tepat, sehingga para warga ini ditampung dulu di secretariat.

"Sementara ini kita tampung, nanti kita carikan pekerjaan sementara, karena pemulangan ini tidaklah mudah. Saya juga harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah terlebih dahulu," kata Parjono

Ia mengatakan, akan menghubungi pihak pemerintah daerah asal para korban ini untuk juga ikut membantu pemulangan.

"Kalau pemerintah daerah Mimika tidak mengakomodir, nanti KKJB yang akan berusaha memulangkan. Dan saya juga akan menghubungi pemda daerah asal para pengungsi ini, untuk mungkin bisa membantu usaha pemulangan," ungkapnya.

Ia mengaku melarang keras bagi warga khususnya asal Jawa, kembali ke daerah rawan tersebut. Karena menurutnya masih banyak pekerjaan di daerah aman. (**)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sempat Diserang, TNI-Polri Evakuasi Warga di Tembagapura


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler