Warga sekitar Gunung Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara tengah melakukan evakuasi dengan naiknya status gunung tersebut ke tingkat level IV atau 'Awas'.
Rabu pukul 20.15 WITA kemarin, gunung tersebut melontarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter hingga memunculkan fenomena alam kilatan petir vulkanik.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Helikopter ini Mengirimkan Pesan dari Mars ke Bumi
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Abdul Muhari mengatakan masyarakat sudah bergerak ke arah timur Tagulandang.
"Masyarakat sudah bergerak ke arah utara dan ke arah timur," kata Abdul kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
BACA JUGA: 1.585 Warga Harus Dievakuasi Setelah Erupsi Gunung Ruang
"Tapi untuk jumlah angka baru akan berjalan assessment oleh BPBD karena hujan batunya masih terjadi.
"Sehingga untuk assessment ke lapangan itu masih pertimbangan aspek keselamatan dulu, masih belum bisa dilakukan."
BACA JUGA: Gunung Ruang Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara
Abdul mengatakan BNBP memperkirakan masih ada 11.600 warga di radius 6km gunung yang perlu dievakuasi.
Rabu kemarin, ia mengatakan BNPB sudah mengevakuasi 828 warga dari Pulau Gunung Ruang ke Pulau Tagulandang.
Netofani Goha adalah salah satu warga yang sudah melakukan evakuasi sejak 16 April lalu.
Netofani yang berasal dari Kampung Balehumara, Tagulandang yang dekat dengan pesisir pantai mengungsi ke Kampung Boto.
"Evakuasi berlangsung sekitar satu jam," ujarnya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"[Kami tinggal di] fasilitas masyarakat, di gedung gereja ... dengan makanan dari rumah."
Selama beberapa hari terakhir, Netofani rajin mendokumentasikan kondisi Gunung Ruang dan berharap kondisi warga tetap aman.
Ia mengatakan saat ini abu vulkanik masih menyebar di daerah rendah.
"Semoga cepat pulih, erupsi segera berakhir dan masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa."
Menurut Abdul untuk kondisi terkini, hujan abu dan batu pijar gunung "sudah reda" namun "abu vulkaniknya cukup menyebar."
"Bandara Sam Ratulangi pun saat ini NOTAM, tidak bisa mendarat," ujar Abdul ketika dihubungi pagi hari waktu setempat.
"Jadi kami tim BNPB yang seharusnya berangkat pagi ini harus menunggu dulu untuk itu dibuka."Warga terkena lemparan batu
Dalam 24 jam terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan setidaknya lima letusan besar.
Kepala PVBMG Hendra Gunawan mengatakan beberapa warga terluka akibat letusan gunung tersebut.
"Ada beberapa warga yang sudah terkena lontaran batu yang membuat luka di kepala," katanya dalam konferensi pers daring subuh waktu setempat.
"Ini menunjukkan bahwa erupsinya sudah semakin intens."
Abdul dari BNPB mengatakan gunung tersebut memiliki karakter yang sulit ditebak.
"Sejarah Gunung Ruang cukup rumit karena tidak ada jeda waktu yang pasti," katanya.
"Selalu berubah-ubah adalah sifat erupsinya yang eksplosif, awan panas, dan terjadi tsunami."
Menurutnya berdasarkan sejarah, letusan gunung tersebut "cukup banyak memakan korban."
Letusan pertama Gunung Ruang yang tercatat terjadi pada 1808 dan memang merupakan gunung yang berkarakter eksplosif.
Pada tahun 2018, letusan gunung berapi Anak Krakatau di Indonesia menyebabkan tsunami di sepanjang pantai Sumatera dan Jawa setelah sebagian gunung tersebut jatuh ke laut, menewaskan 430 orang.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wombat Tertua di Dunia Berulang Tahun yang ke-35