Warga Gaza: Pemimpin Palestina Gemar Mengecewakan Rakyat

Minggu, 15 Oktober 2017 – 05:48 WIB
Warga Palestina di Gaza merayakan ditandatanganinya perjanjian rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Foto: Reuters

jpnn.com, GAZA - Penduduk Palestina di Kota Gaza masih terbalut euforia. Semalaman, warga merayakan kesepakatan bersejarah yang dicapai Hamas dan Fatah di Kota Kairo, Mesir, pada Kamis (12/10).

Tapi, begitu pagi tiba, beribu keraguan menyelimuti mereka. Apakah kesepakatan itu akan bertahan lama?

BACA JUGA: Palestina Bersatu, Begini Reaksi Israel

”Saya sangat bahagia. Tapi, saya takut semuanya segera berubah menjadi kekecewaan. Biasanya, para pemimpin (Palestina) gemar membuat rakyat kecewa,” keluh Ali Metwaly.

Insinyur komputer yang berusia 30 tahun itu berharap kesepakatan kali ini tahan lama. Atau, bahkan permanen.

BACA JUGA: Fatah dan Hamas Berdamai, Palestina Merdeka Semakin Dekat

Namun, berharap saja tidak cukup. Harus ada aksi nyata dari para petinggi Hamas dan Fatah yang sifatnya mempersatukan.

Dalam kesepakatan yang diteken di ibu kota Mesir tersebut, Hamas menyatakan kesanggupan mereka untuk melimpahkan kuasa mereka di perbatasan Gaza dan Mesir kepada Fatah.

BACA JUGA: Alhamdulillah! Palestina Akhirnya Bersatu

Salah satunya adalah perlintasan Rafah. Selama ini, Hamas yang memiliki persenjataan lengkap selalu berjaga di perbatasan. Tapi, dalam hitungan hari, Fatah-lah yang akan berjaga di perbatasan.

Kamis, Hamas dan Fatah sepakat soal pembagian kekuatan dua kubu. Juga zona kekuasaan mereka. Nanti ada sekitar 3.000 personel keamanan Fatah yang masuk Kepolisian Gaza.

Namun, dua kubu itu masih berselisih paham soal pemilu legislatif dan pemilu presiden. ”Kami juga harus mereformasi Palestine Liberation Organization (PLO) dan membicarakannya dengan serius,” kata seorang petinggi Fatah.

”Masih banyak hal penting yang belum dibahas. Penundaan hanya akan memicu perselisihan,” tulis Mustafa Ibraham, pengamat politik Palestina, dalam salah satu unggahan Facebook.

Keprihatinan yang sama dipaparkan Ghassan Khatib, salah seorang mantan menteri Palestina. Rencananya, Hamas dan Fatah kembali duduk satu meja pada 21 November. (AP/Reuters/aljazeera/hep/c6/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Didesak Perbaiki Tata Kelola TKI di Timur Tengah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler