jpnn.com, CAIRO - Palestina akhirnya bersatu. Dua faksi yang selama ini berseteru, Hamas dan Fatah telah menandatangani perjanjian rekonsiliasi di Cairo, Mesir, Kamis (12/10).
Berdasarkan perjanjian itu, Hamas setuju menyerahkan kontrol administratif wilayah Gaza kepada pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas. Termasuk tentunya, daerah perbatasan yang sangat strategis bagi Palestina, Rafah.
BACA JUGA: Pemerintah Didesak Perbaiki Tata Kelola TKI di Timur Tengah
"Pemerintah resmi akan segera kembali bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya dan sesuai hukum yang berlaku," ujar ketua delegasi Fatah, Azzam Al-Ahmed saat seremoni penandatanganan kesepakatan di Cairo.
Bersatunya kedua faksi tersebut dirayakan ribuan warga Palestina yang langsung turun ke jalan-jalan di Gaza begitu mendengar kabar tentang ditandatanganinya kesepakatan rekonsiliasi.
BACA JUGA: Ketika Musuh Jadi Teman demi Menjegal Kurdistan
Lagu nasional terdengar di mana-mana, para pemuda menari dan saling berpelukan. Mereka mengibarkan bendera Palestina dan juga Mesir, yang berperan sebagai mediator perundingan antara Hamas dan Fatah.
BACA JUGA: Dikeroyok Irak Cs, Kurdi Bertahan demi Kemerdekaan
Selain mempersatukan di bawah satu pemerintahan resmi, rekonsiliasi ini juga bakal berdampak sangat positif bagi upaya diplomasi Palestina.
Pasalnya, selama ini keberadaan Hamas di Gaza menjadi salah satu alasan negara-negara Barat enggan membantu Palestina.
Maklum, banyak negara yang menganggap mereka sebagai organisasi teroris, terutama Amerika Serikat dan sekutunya. Sikap superkeras Hamas, yang ngotot ingin Israel hilang dari muka bumi, juga tidak membantu.
Sebaliknya, Fatah dan Presiden Abbas lebih bisa diterima dunia internasional. Terbukti, Palestina kini telah diakui sebagai negara pengamat non-anggota oleh PBB. Bendera Palestina pun sudah berkibar di Markas Besar PBB di New York. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Israel Gagal Total, Negara Palestina Resmi Anggota Interpol
Redaktur & Reporter : Adil