jpnn.com, JAMBI - Antusiasme warga Jambi mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, patut diacungi jempol dalam menyukseskan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (FOTTN) 2018 pada 7-9 Juli.
Sumiati, orang tua dari Kasih, siswa SD 26 Kota Jambi yang jauh-jauh datang dari Kecamatan Danau Sipin, sekira 38 Km dari kota untuk mendukung anaknya ambil bagian dalam senam massal di FOTTN 2018.
BACA JUGA: Jambi Gelar Festival Olahraga Tradisional Nasional 2018
Senam massal memang hanya sebagai menu penutup dari acara pembukaan Festival Olahraga Tradisional. Namun menurut Sumiati, kegiatan ini sangat positif agar anak-anak gemar berolahraga. Kalau senam massal dikatakannya tiap minggu pagi rutin digelar di Lapangan Kantor Gubernur Jambi. Tapi olahraga tradisional boleh dibilang sama sekali tak pernah terlihat.
"Anak-anak sekarang lebih suka main handphone daripada menggerakan badannya berolahraga. Beda dengan zaman kami yang setiap hari bermain sambil olahraga tradisional seperti hadang. Dengan adanya festival ini mudah-mudahan olahraga tradisional kembali tumbuh dan berkembang," ujarnya.
BACA JUGA: Festival Olahraga Tradisional Jadi Wadah Promosi APG 2018
Festival Olahraga Tradisional ini merupakan gawean Kemenpora pimpinan Menpora Imam Nahrawi. Kegiatan ini bukan hanya untuk menyehatkan masyarakat tapi juga mengangkat kembali warisan budaya bangsa yang boleh dibilang nyaris tak tersentuh oleh generasi zaman now.
Program yang dikomandoi oleh Raden Isnanta, Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora ini terbilang sukses, pasalnya, sebanyak 18 provinsi dan dua kabupaten Jambi dengan 250 atletnya ikut berpartisipasi. Mereka akan menampilkan 19 jenis permainan olahraga tradisional.
BACA JUGA: Kemenpora Pimpin Rakor Strategis Lintas Sektor Kepemudaan
Tuan rumah Jambi misalnya menampilkan permainan suruk-surukan. Permainan ini menampilkan ketangkasan anak-anak mencari sesuatu yang tersembunyi.
Daerah lainnya seperti Kalimantan Selatan menyajikan jenis permainan Kacapak Kacabau. Permainan ketangkasan yang mengandung hiburan ini biasanya dimainkan di atas sungai. Namun, bisa diaplikasi di darat dengan mendesain sebuah kolam persegi empat.
"Sebetulnya banyak daerah yang ingin memamerkan permainan olahraga tradisionalnya. Tapi karena alokasi anggaran mereka terbatas, jadi urung tampil," kata Witarsa, Kepala sub Bidang Pengelolaan Olahraga Tradisional Kemenpora.(dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenpora Sosialisasikan Asian Para Games hingga Perbatasan
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad