JAKARTA - Warga mengklaim penyaluran dana bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) lebih baik daripada bantuan langsung tunai (BLT). Pasalnya, kartu BLSM yang menyerupai ATM itu dikirim langsung ke alamat kepala RT dan tinggal diberikan ke masing-masing warga yang tertera namanya. Dengan demikian, warga yang tidak tercatat di kartu BLSM jangan harap bisa mengganti atau mendapatkan bantuan kompensasi kenaikan BBM tersebut.
"Alhamdulillah, tahun ini saya bisa dapat dana BLSM. Tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah dapat bantuan (dulunya BLT)," aku Yani, warga Bungur, kawasan Gandari, Jakarta Selatan yang ditemui sedang antri di Kantor Pos, Jumat (28/6).
Tak hanya Rina, banyak warga Bungur dan sekitarnya yang sangat senang karena bisa merasakan bantuan tersebut. Tak hanya uang saja yang mereka dapat, beras raskin pun diberi. Hanya saja untuk beras raskin mereka harus membeli Rp 1.500 per kilonya.
"Kami dapat jatah 15 kilo bayarannya Rp 1.500 per kilo. Lumayan mbak," ucap Atni, warga Gang Haji Aom, Gandari, Jaksel.
Rata-rata warga menilai, penyaluran BLSM jauh lebih baik dibanding BLT. Mereka yang sebelumnya tidak mendapatkan bantuan, kini bisa dapat meski jangka waktunya hanya empat bulan.
"Keluarga saya tidak pernah dijatah sama Pak RT. Sekarang bisa dapat karena kami mendaftar sendiri ke kantor kelurahan. Mungkin data BLSM itu diambil dari kantor kelurahan. Sebab kalau dari Pak RT, kami tidak pernah diberi. Padahal kami warga miskin," ungkap Atni yang sehari-harinya menjadi buruh cuci di kompleks perumahan Gandaria.
Baik Atni maupun Yani berharap, program bantuan ini bisa berkelanjutan dan langsung menyentuh masyarakat miskin. "Ini kartunya bagus mirip ATM. Namanya juga sudah tercetak di kartu jadi gak bisa diubah sama orang yang berhak," kata Yani sambil menunjukkan kartu BLSM berwarna kuning keemasan tersebut.(esy/jpnn)
"Alhamdulillah, tahun ini saya bisa dapat dana BLSM. Tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah dapat bantuan (dulunya BLT)," aku Yani, warga Bungur, kawasan Gandari, Jakarta Selatan yang ditemui sedang antri di Kantor Pos, Jumat (28/6).
Tak hanya Rina, banyak warga Bungur dan sekitarnya yang sangat senang karena bisa merasakan bantuan tersebut. Tak hanya uang saja yang mereka dapat, beras raskin pun diberi. Hanya saja untuk beras raskin mereka harus membeli Rp 1.500 per kilonya.
"Kami dapat jatah 15 kilo bayarannya Rp 1.500 per kilo. Lumayan mbak," ucap Atni, warga Gang Haji Aom, Gandari, Jaksel.
Rata-rata warga menilai, penyaluran BLSM jauh lebih baik dibanding BLT. Mereka yang sebelumnya tidak mendapatkan bantuan, kini bisa dapat meski jangka waktunya hanya empat bulan.
"Keluarga saya tidak pernah dijatah sama Pak RT. Sekarang bisa dapat karena kami mendaftar sendiri ke kantor kelurahan. Mungkin data BLSM itu diambil dari kantor kelurahan. Sebab kalau dari Pak RT, kami tidak pernah diberi. Padahal kami warga miskin," ungkap Atni yang sehari-harinya menjadi buruh cuci di kompleks perumahan Gandaria.
Baik Atni maupun Yani berharap, program bantuan ini bisa berkelanjutan dan langsung menyentuh masyarakat miskin. "Ini kartunya bagus mirip ATM. Namanya juga sudah tercetak di kartu jadi gak bisa diubah sama orang yang berhak," kata Yani sambil menunjukkan kartu BLSM berwarna kuning keemasan tersebut.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kriteria CJH yang Dipangkas akan Diubah
Redaktur : Tim Redaksi