Warga Miskin Berjuang Sekolahkan Anak

Selasa, 29 Juni 2010 – 13:13 WIB
Liburan sekolah seperti saat ini adalah masa bahagia bagi anak-anakTetapi menjadi masa memusingkan bagi orang tua, terlebih bagi mereka yang harus mencarikan sekolah untuk buah hatinya

BACA JUGA: Mantan Direktur Keuangan PGN Divonis 2,5 Tahun

Di saat biaya sekolah semakin mahal, banyak dinamika dan "cerita perjuangan" terjadi seputar proses pencarian sekolah itu
Apa saja?


Biaya pendidikan yang terus naik, mungkin tidak menjadi masalah besar bagi mereka yang strata ekonominya tinggi

BACA JUGA: Separo Tes, Separo Reguler

Namun, bagi warga yang punya penghasilan pas-pasan atau kurang, kenaikan biaya pendidikan membuat mereka tak hanya kerja klebih keras
Namun, juga harus berani, piawai dan kreatif menyiasati keadaan.

Joko Darsono, 47, warga asal Kampung Sewu RT 3 RW 3 Kecamatan Jebres, dalam perbincangan dengan Radar Solo kemarin (27/6) mengaku punya banyak kenangan seputar repotnya mencarikan sekolah untuk anak

BACA JUGA: Kadiv Humas Tak Tahu Cut Tari Diperiksa Lagi

Wajar jika Joko menyatakan seperti itu karena dia punya tiga anak.

Nah, repot dalam konteks Joko, tentu terkait dengan pendanaanPemkot Solo memang menerapkan bantuan biaya pendidikanAnak Joko termasuk dalam daftar penerima bantuanNamun, dia mengaku masih keberatan dan repot membiayai sekolah anaknya.

"Anak saya sekolah di SD negeri, tetapi kenyataannya kami masih repot dan berat untuk mencukupi berbagai kebutuhan sekolahnya," ungkap Joko.

Joko -yang bekerja sebagai buruh jahit serabutan- adalah satu-satunya tulang punggung keluargaPenghasilan dari menjahit tak bisa ditentukanSebab, tidak setiap hari dia mendapat job membuat atau membetulkan pakaian.

Padahal, selain membiayai dua anaknya yang sekolah di SD, Joko harus membiayai satu anak yang duduk di bangku SMKSuami Sarni itu mengaku sudah kerja keras, namun, dia tetap kerepotan membiayai sekolah anaknya.

Tahun lalu, Joko mengaku mendapat tantangan beratSebab, dia harus memasukkan anaknya, Ufey Laila Qodri ke SMK dan anak lainnya, Galang Perdana Putra ke SDDana untuk keperluan itu mencapai Rp 2,6 juta"Begitu tahu perlu dana sebesar itu saya bingung mencari uang ke mana agar anak saya dapat sekolah semua," kenang Joko.

Joko mengaku punya simpanan, tapi jumlahnya tak cukup untuk menutup biaya masuk sekolah kedua anaknya"Terpaksa saya pinjam uang ke pengurus PKK (pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga) kampung saya," lanjut diaBiaya sekolah anaknya tertutup, sebagai gantinya, Joko punya kewajiban mengangsur setiap bulan ke pengurus PKK.

Sekarang, Joko -yang juga anggota Linmas Kelurahan Sewu- kembali pusingSalah satu anaknya yang duduk di bangku SD sudah menyodorkan biaya pembelian buku dan lembar kerja siswa (LKS) sebesar Rp 223 ribu"Mungin bagi orang lain biaya tersebut murah, tetapi bagi kami sangat tinggi," keluh Joko.

Laki-laki paruh baya itu berharap, biaya sekolah tak terus naik setiap tahunDia menilai anak-anak dari keluarga tidak mampu paling banyak dirugikan karena mahalnya biaya pendidikanMereka terpaksa masuk sekolah yang minim fasilitas dan bermutu rendahDampaknya, kualitas mereka tak sebagus anak orang berpunya yang bisa menuntut ilmu di sekolah favorit"Memasukkan anak ke sekolah favorit bagi kami hanyalah impian," tandas Joko(ridho /aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cut Tari juga Kembali Jalani Pemeriksaan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler