jpnn.com - ADA hal menarik di Masjid Raya Baiturrahim Lolu. Selama Ramadan ini, di salah satu masjid terbesar di Kota Palu, Sulawesi Tengah itu, selalu disediakan takjil.
Takjil yang disuguhkan kepada jamaah bukan hanya sumbangan dari umat muslim, tapi juga disediakan umat non muslim dari sekitar masjid.
BACA JUGA: Mengaku Belum Beristri, Brigadir Trubus: Kubunuh Kau!
LAPORAN: MUGNI SUPARDI
Suasana di teras Masjid Raya Baiturrahim Lolu, yang terletak di Jalan Masjid Raya, Kelurahan Lolu Utara, sekitar pukul 17.00 Wita belum dipadati jamaah untuk berbuka puasa bersama.
BACA JUGA: Lantunan Al Baqarah Terdengar dari Balik Jeruji Besi
Hanya ada sebagian dari pengurus masjid sedang mondar-mandir mengatur gelas, satu demi satu dengan jarak tertentu. Kemudian sekian banyak gelas tersebut dituangkan teh dan sirup yang sebelumnya telah disiapkan.
Di halaman masjid, terlihat seorang pria paruh baya yang juga salah seorang pengurus masjid, sibuk menerima plastik berisikan makanan buka puasa alias takjil dari warga sekitar.
BACA JUGA: Oh Cinta...Enam Kebiasaan Habibie tanpa Ainun
Ditemui sebelum memasuki waktu buka puasa, salah seorang pengurus Masjid Raya Bairurrahim Lolu, Arif mengatakan, setiap tahunnya di bulan Ramadan, banyak warga Kota Palu mendatangi Masjid Baiturrahim untuk berbuka puasa.
Teras masjid sebelah utara terkadang dipenuhi para jamaah untuk berbuka puasa, sekaligus dilanjutkan salat maghrib berjamaah.
“Full nanti ini teras, biasanya sampai ratusan orang. Mereka yang singgah buka puasa di sini (Masjid Baiturrahim, red), biasa masih ada di dalam perjalanan. Ada juga warga sekitar,” kata Arif, Sabtu (25/6).
Banyaknya warga yang terus berdatangan membuat Arif serta pengurus lainnya, harus mempersiapkan segalanya terkait menu buka puasa. Selain warga sekitar masjid mendapatkan jadwal menyiapkan buka puasa setiap hari, juga puluhan warga berasal dari kelurahan lain dapat giliran. Namun, tak sedikit juga warga non muslim yang tinggal di sekitar Masjid Baiturrahim ikut menyediakan.
“Iya biasa mereka (non muslim, red) kasih kue atau nasi dus. Beberapa hari lalu, ada datang dari pemilik salah satu bengkel Yamaha di Jalan Monginsidi. Saya lupa apa nama bengkelnya,” jelas Arif, pria yang mengaku sudah dua tahun terakhir menjadi pengurus masjid itu.
Malah pernah terjadi hampir memasuki waktu buka puasa, sudah tidak diketahui siapa orang yang menaruh nasi dus di teras masjid. “Ada nasi dus sudah tidak tahu asalnya dari mana, siapa yang sumbangkan. Orang yang kasih juga tidak mau disebut atau diketahui identitasnya. Alhamdulillah, menu yang dikirimkan halal dan layak,” ujarnya.
Sementara Imam besar Masjid Baiturrahim, Ustadz Ahmar Homa MPdI mengatakan, adanya non muslim memberi makanan berbuka, bukan hanya merupakan bentuk toleransi, tapi juga mempererat tali silaturahim antarumat beragama.
“Menurut saya, kita sama-sama manusia jadi menjalin silaturahim antarsesama, jangan saling menyakiti,” tanggap Ahmar.
Ahmar sedikit menceritakan pengalamannya ketika sedang bertugas di Kabupaten Morowali. Di sana, saat umat muslim tiba waktu berbuka puasa di masjid, penjagaan dilakukan oleh non muslim di masjid tersebut. Mereka juga memberikan makanan.
“Hubungan kemanusian seperti itu haruslah dilakukan. Artinya tidak saling membeda-bedakan antara agama yang satu dengan lainnya pada saat tertentu,” tandasnya. (**/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Itu Habibie Menangis
Redaktur : Tim Redaksi