jpnn.com - JAKARTA – Gempa berkekuatan 7,8 SR di barat daya Mentawai, Sumateta Barat, menyisakan pelajaran bagi warga Kota Padang, terutama dalam hal pengetahuan masyarakat ketika menyelamatkan diri dari ancaman tsunami.
“Tadi macet parah, belum 1 kilometer keluar rumah, jalanan sudah dipenuhi kendaraan, tidak bergerak. Bayangkan kalau memang ada tsunami, bisa terjebak semua. Dan rawan kecelakaan karena semua panik," kata Mira, saat dihubungi JPNN, Rabu (2/3) malam.
BACA JUGA: Kewenangan Badan Otorita Danau Toba Seluas 500 Hektar
Dia menilai gempa yang disusul peringatan dini tsunami kali ini bisa dijadikan contoh soal kurangnya pengetahuan masyarakat. Itu karena mayoritas warga membawa serta kendaraannya.
Itu pula yang memicu kemacetan parah di jalan-jalan menuju ketinggian di timur kota Padang. Padahal, untuk menyelamatkan diri terdekat di dalam kota, pemerintah telah menyiapkan banyak shelter.
BACA JUGA: Presiden Dorong Pengembangan Wisata Danau Laut Tawar
Di antara lokasi berlindung yang didesain tahan gempa dan bisa menahan tsunami adalah Masjid Raya Kota Padang. Kemudian ada juga gedung Kejaksaan Tinggi dan gedung-gedung perkantoran dan hotel baru yang dibangun pasca gempa besar beberapa tahun lalu.
“Harusnya masyarakat cukup keluar rumah membawa barang yang bisa ditenteng, langsung ke gedung-gedung yang disiapkan sebagai shelter. Seperti Masjid Raya, kapasitasnya cukup besar,” ujar karyawan swasta itu.
BACA JUGA: GEMPA SUMBAR: Tamu Hotel Berhamburan
Ia berharap, pemerintah daerah kembali melakukan sosialisasi secara masif tentang proses evakuasi menghadapi ancaman tsunami bagi masyarakat kota bengkuang itu.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Suami Tengil dan Pintu Rahasia ke Rumah Selingkuhan yang Aduhai
Redaktur : Tim Redaksi