Ratusan ribu warga Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian di Bangladesh merayakan Hari Raya Idul Adha dalam situasi prihatin.

Mereka melakukan sholat bersama berharap bahwa keadaan akan membaik, namun tidak mengetahuii dengan pasti akan di satu saat nanti bisa merayakan Idul Adha di Myanmar.

BACA JUGA: Kantor Calon PM Australia Peter Dutton Di Queensland Dilempari Batu

Warga Rohingya yang beragama Islam sudah menghadapi diskriminasi selama beberapa generasi di Myanmar dimana penduduknya mayoritas Budha.

Mereka tidak diakui sebagai warga negara, sering mendapat serangan dan juga kadang tidak bisa melakukan kegiatan keagamaan secara terbuka.

BACA JUGA: Anggota Parlemen Dari Partai Liberal Tasmania Tolak Kenaikan Gaji

"Kami tidak bisa sholat Ied di desa kami selama bertahun-tahun, kami harus sholat secara sembunyi-sembunyi."kata salah seorang pengungsi Nurul Alam.

"Saya memiliki kebebasan di sini, namun saya tidak ingin tinggal di sini." katanya lagi.

BACA JUGA: Ratu Inggris Doakan Petani Australia Yang Alami Kekeringan Parah

Lebih dari 700 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh tahun lalu melarikan diri dari kebijakan bumi hangus yang dilakukan militer Myanmar, dan kelompok masyarakat Myanmar lainnya setelah adanya serangan dari kelompok perlawanan Rohingya.

Serangan tahun lalu terhadap kelompok minoritas ini digambarkan oleh PBB sebagai 'pembantaian etnis."

"Kami tidak punya tempat di sini." kata Alam.

"Memang bagus bahwa tidak ada orang yang berusaha membunuh kami di sini, namun saya ingin kembali dimana makam orang tua saya berada.""Saya bukan siapa-siapa di sini." Photo: Warga Rohingya menjalankan sholat Idul Adha di kamp pengungsian (AP: Altaf Qadri)

"Kami senang di sini, tapi juga sebenarnya tidak senang." kata Shamsul Alam yang berusia 60 tahun, saat dia berjalan ke mesjid untuk sholat.

"Saya punya lahan. Saya punya toko kelontong. Saya punya beras, kentang utuk dimakan di sana."

Dia mengatakan di kamp pengungsian makanan juga banyak tersedia, namun dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Saya bukan siapa-siapa di sini." External Link: This VR experience follows a recent tour to Cox's Bazar where the fleeing Rohingya people now live.

Banyak warga di Myanmar melihat bahwa warga Rohingya adalah migran ilegal dari Bangladesh, dan menyebut mereka sebagai "Bengalis'.

Banyak diantara mereka sudah lama tinggal dalam kemiskinan di negara bagian Rakhine di Myanmar yang berada tidak jauh dari perbatasan dengan Bangladesh, dan mereka tidak mendapat kewarganegaraan Mynanmar. Photo: Pembagian daging korban setelah sholat Idul Adha di kamp pengungsian di Bangladesh. (AP: Altaf Qadri)

AP

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fenomena Bioluminescence Spektakuler di NSW

Berita Terkait