Warga Terpaksa Ambil Air di Gorong - Gorong

Kamis, 28 Februari 2019 – 20:30 WIB
PDAM. Foto: JPG

jpnn.com, SURABAYA - Krisis air masih terjadi di sejumlah kawasan di Surabaya Barat. Misalnya, warga Sememi Jaya Gang IX, Benowo, sampai harus mengambil air yang mengalir di saluran box culvert. Hal itu dilakukan karena air PDAM di rumah mereka benar-benar mati sejak Senin (25/2).

Sejak pagi, puluhan warga Sememi Jaya Gang IX berbondong-bondong membawa segala macam ember dan galon ke sekitar box culvert.

BACA JUGA: Waspada ! Sudah Ratusan Warga Tertipu Petugas PDAM Palsu

Tujuannya, mengambil air dari pipa PDAM yang bocor dan mengalir di sana. ''Setelah subuh, banyak warga yang antre mengambil air,'' kata Sukarti, warga setempat.

Sukarti menambahkan, tidak ada pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan air. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengais air yang mengalir di saluran box culvert

BACA JUGA: Jijik, Air Keruh dan Kotor, Konsumen PDAM Protes

''Memang kami tidak butuh mandi? Tidak butuh cuci piring? Tidak butuh cuci-cuci? Tidak butuh masak?'' katanya dengan nada kecewa.

Krisis air juga dialami warga lain, yakni Ita Safitri. Menurut Ita, dirinya tak mungkin membeli air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan.

BACA JUGA: Warga Mengeluh, Air PDAM Kuning dan Berbau Aneh

''Mosok ya terus membeli air isi ulang,'' ucapnya.

Ita menuturkan, warga mengambil air tersebut karena terpaksa. Meski kualitas air di gorong-gorong itu meragukan, warga tetap memakainya. Prinsipnya, mending mendapat air kotor daripada tidak sama sekali.

Dia menambahkan, enam bulan terakhir air PDAM di tempatnya sering bermasalah. Misalnya, air keruh.

Selain itu, air mengalir saat malam saja, sedangkan kalau siang sering mampet. Keluarnya pun tidak seberapa.

Sementara itu, keluhan lain disampaikan Eva Lestari. Perempuan 39 tahun tersebut mengungkapkan bahwa kualitas air PDAM tidak sebanding dengan tarif yang harus dibayar.

Sebab, biaya air yang dia bayar naik, dari sebelumnya Rp 70 ribu menjadi Rp 110 ribu per bulan. ''Lha di sini airnya sering mampet dan keruh,'' ujarnya.

Di lain pihak, Dirut PDAM Mujiaman Sukirno menampik pernyataan bahwa krisis air di Surabaya meluas.

Sebab, hal tersebut bertentangan dengan grafik penjualan air PDAM yang meningkat dari tahun ke tahun. "Produksi tiap bulan meningkat, pemakaian meningkat, hasil penjualan air juga meningkat," kata direktur yang dilantik pada 16 Juni 2017 tersebut.

Namun, faktanya, banyak pelanggan yang melapor ke PDAM bahwa aliran air di tempat mereka mati. Bahkan, hal itu berlangsung berbulan-bulan.

Ada juga warga yang terpaksa memandikan jenazah dengan memakai air galon di Bandarejo. Warga juga mengeluhkan kualitas air yang menurun. Bahkan, air tersebut membuat badan gatal-gatal apabila digunakan untuk mandi.

''Yang melapor atau yang merasa kurang sekarang memang lebih banyak," jelasnya.

Hal tersebut terjadi karena PDAM membuka pintu aduan selebar-lebarnya. Warga bisa langsung mengadu ke medsos yang dimiliki PDAM. Misalnya, Twitter, Instagram, Facebook, dan WhatsApp.

Mujiaman mempersilakan warga untuk melaporkan segala jenis keluhan. Tujuannya, direksi bisa lebih cepat dalam mengambil keputusan. Sebab, yang mengetahui lebih dulu tentang permasalahan air adalah pelanggan.

Beberapa hari belakangan, gangguan aliran PDAM memang dikeluhkan warga. Hal tersebut terjadi lantaran Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karang Pilang mengalami kendala teknis.

"Ada kendala soal kelistrikan. Ini kami koordinasikan dengan PLN," ujar Manajer Humas PDAM Bambang Eko Sakti.

Listrik di IPAM Karang Pilang sempat dipadamkan selama 30 menit. Karena IPAM Karang Pilang merupakan pabrik air terbesar PDAM, dampaknya pun dirasakan di berbagai wilayah.

Proses normalisasi ke pelanggan membutuhkan waktu seharian. Maklum, jaringan pipa PDAM sudah menembus 6 ribu kilometer. Keluhan pelanggan pun langsung marak kemarin.

Mulai warga Wisma Tengger, Bandarejo Asri, Pondok Benowo Indah, Airlangga, Kedung Tarukan, hingga Lidah Kulon. (sal/c7/ano/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dimakan Usia, Pipa PDAM Ngagel Bocor


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler