jpnn.com, ISTANBUL - Ribuan warga Turki menggelar aksi solidaritas untuk muslim Uighur di Istanbul, Jumat (20/12). Mereka juga menyampaikan dukungan kepada gerakan separatis Uighur.
Dukungan terhadap kelompok separatis tersebut terlihat dari penggunaan istilah Turkestan Timur. Istilah tersebut digunakan separatis untuk menyebut wilayah Xinjiang, tempat yang ditinggali etnis Uighur.
BACA JUGA: ILUNI UI Minta Pemerintah Indonesia Berperan Aktif Tanggapi Isu Uighur
"Tiongkok pembunuh, bebaskan Turkestan Timur," teriak para demonstran.
PBB dan sejumlah kelompok HAM memperkirakan 1 hingga 2 juta orang, kebanyakan etnis Uighur, ditahan dalam kondisi tak manusiawi di Xinjiang. Namun, Tiongkok mengklaim bahwa orang-orang itu hanya menjalani program deradikalisasi dan pelatihan kerja.
BACA JUGA: Bela Warga Uighur, FPI Bakal Gelar Aksi Besar di Kedubes Tiongkok
Demonstran di Istanbul juga menyampaikan dukungan kepada pesepakbola Jerman Mesut Ozil yang beberapa waktu lalu mengecam perlakuan Tiongkok terhadap muslim Uighur.
"Tindakan terhormat Mesut Ozil menginspirasi kami. Semua orang harus menyuarakn perlawanan terhadap tiran ini, seperti yang dilakukan Mesut," kata Adem Adil, salah satu partisipan.
BACA JUGA: Di Depan Presiden Tiongkok, Erdogan Malah Lembek soal Muslim Uighur
Di masa silam Turki telah menyuarakan keprihatinan soal situasi di Xinjiang, termasuk kepada Dewan HAM PBB pada Februari. Namun, Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri cukup lembek soal isu ini.
Saat bertemu langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing pada Juli lalu, Erdogan tidak melontarkan kecaman sama sekali. Dia justru yakin Tiongkok bisa menyelesaikan persoalan di Xinjiang dengan baik.
“Saya percaya kami dapat menemukan solusi untuk masalah ini dengan mempertimbangkan sensitivitas kedua pihak,” kata Erdogan usai bertemu Xi Jinping di Beijing, seperti dilansir media online CNA, Kamis (4/7).
Hal yang sama juga terjadi di KTT Kuala Lumpur, Kamis (19/12) lalu. Sebuah pertanyaan dari tamu undangan mengenai perlakuan terhadap Uighur diabaikan para pembicara yang mencakup Erdogan, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil