jpnn.com - SURABAYA - Rutan Kelas I Surabaya tidak hanya dihuni tahanan laki-laki dan perempuan. Tetapi, mereka yang berjenis kelamin laki-laki, namun berpenampilan seperti perempuan juga ada. Setidaknya ada empat penghuni yang umum disebut waria tersebut.
Salah seorang di antaranya adalah Vito Reifebian. Remaja 20 tahun itu masuk Medaeng sejak dua bulan lalu. Meski dalam kartu identitasnya disebut berjenis kelamin laki-laki, tingkahnya seperti kaum hawa. Jalannya lemah gemulai, pakaiannya selalu rapi, dan kulitnya bersih. Rambutnya yang lurus memang tidak panjang, tapi setiap kali keluar blok tahanan, lipstik warna pink senantiasa menghiasi bibirnya.
BACA JUGA: Pemko Diminta Akui Rukun Warisan Kampung Tua Batam
Gaya bicaranya juga lembut, lebih lembut daripada perempuan kebanyakan. "Saya di blok D," ucap Vito saat bertemu dengan Jawa Pos belum lama ini.
Sering kali, orang yang belum mengenal dia bisa tertipu. Salah seorang petugas yang mengamankan kegiatan pemilihan gubernur Jatim beberapa waktu lalu juga bertanya, apakah dia perempuan atau laki-laki. Vito yang mendengar pertanyaan itu hanya tersenyum.
BACA JUGA: Warga Berebut Mata Air dengan PDAM
Dia sudah terbiasa mendapati orang yang bertanya-tanya tentang statusnya. Penghuni yang beralamat di Surabaya Selatan itu selalu santai menghadapi berbagai godaan yang datang kepadanya. "Saya dulu kerja di salon. Saya tidak pernah pakai narkoba. Dijebak karena barang itu milik orang," ungkapnya terus terang.
Selain Vito, ada tiga penghuni lain di Rutan Medaeng yang dikategorikan transgender. Ketiganya ditempatkan di blok F. Meski demikian, mereka bukan pelaku tindak pidana narkoba.
BACA JUGA: Demi Efisiensi Tenaga dan Biaya, 12 Kelurahan Dimerger
Ketiganya berstatus pelaku tindak pidana penggelapan, trafficking, hingga menjadi germo. "Untuk penghuni seperti mereka, memang kami siapkan satu sel khusus di blok F," ungkap Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Kelas I Surabaya Teguh Pamudji.
Tujuannya, mereka tidak dijahili penghuni lain. Selain itu, juga untuk memudahkan pengawasan dan pengamanan para pelaku kejahatan. Karena hanya berukuran sekitar 2x3 meter, kamar tidak bisa diisi banyak orang. Oleh karena itu, Vito "diungsikan" ke blok D.
Di blok damai tersebut, dia satu blok dengan mantan Bupati Mojokerto Achmady. Ada juga mantan wakil bupati dan Bupati Mojokerto Suwandi serta penghuni ternama lainnya. Blok D juga dianggap aman dan pengawasan mudah dilakukan.
Untuk kaum transgender, penempatannya memang tidak mungkin disatukan dengan penghuni pada umumnya. Oleh karena itu, memberikan hunian bagi mereka pun perlu dipertimbangkan. Jangan sampai terjadi pelecehan kepada mereka. "Tapi, mereka juga tidak mungkin ditempatkan di blok W (wanita) karena data di jenis kelamin laki-laki," imbuh Kepala Rutan Kelas I Surabaya Kadiyono.
Setiap tahun di rutan selalu ada penghuni transgender. Bahkan, ada juga yang masuk penjara gara-gara ingin berpenampilan seperti perempuan. Misalnya, mencuri HP untuk membeli silikon payudara. (may/c6/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Bali Berharap Tarif Tol Tidak Mahal
Redaktur : Tim Redaksi