Warning dari BMKG, Fenomena Hujan Es Berpotensi Terjadi Hingga April

Rabu, 23 Februari 2022 – 10:59 WIB
Hujan es mengguyur Surabaya, Jawa Timur hari ini. BMKG minta warga tidak panik, tetapi tetap waspada. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat tetap hati-hati terhadap cuaca ekstrem.

Terlebih lagi, ada potensi kejadian hujan es masih bisa terjadi di Indonesia hingga periode Maret-April.

BACA JUGA: Hujan Es Terjang Surabaya, Hengky Kurniawan: Ya Allah Lindungi Saudara Kami di Sana

"Potensi kejadian hujan es masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang," tulis keterangan lembaga tersebut di Twitter akun @infoBMKG, Rabu (23/2).

Sebelumnya, fenomena hujan es terjadi di beberapa wilayah di Kota Surabaya pada Senin (21/2) sejak pukul 14.55 WIB.

BACA JUGA: Fenomena Hujan Es di Surabaya, BMKG Minta Masyarakat Tetap Waspada

Selain itu, fenomena hujan es di Kecamatan Sekincau, Lampung Barat, pada Minggu (20/2) terekam dalam video yang kemudian heboh di media sosial.

BMKG dalam Twitter menuliskan bahwa fenomena jatuhnya es biasanya disertai dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat dan angin kencang.

BACA JUGA: Begini Penampakan Hujan Es yang Bikin Warga Malang Panik

"Fenomena hujan es salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit," beber BMKG.

Lembaga yang dipimpin Dwikorita Karnawati itu menjelaskan bahwa fenomena hujan es dipicu adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal atau regional.

Selain itu, tulis BMKG, hujan es bisa terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi.

Hal itu menandakan bahwa terjadi kondisi labilitas udara dalam sistem awan, sehingga dapat membentuk butiran es.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara dalam sistem awan Cumulonimbus, bisa menyebabkan fenomena hujan es.

"Kecepatan downdraft dari awan Cumulonimbus yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara," tulis BMKG. (ast/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler