Sementara itu, Susilo, siswa dari SMK Mardhika Jakarta Timur, terpaksa harus terbaring sekarat dengan luka bacok di bagian pinggang sebelah kiri sepanjang 10 cm di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia (UKI) karena terkena imbas tawuran. Ia tak ikut tawuran sekalipun, tapi ia menjadi korban karena berseragam saat itu.
Bagaimana dan apa yang akan dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhammad Nuh untuk menyelesaikan masalah tawuran antarpelajar di ibukota? Berikut wawancara wartawan JPNN, Natalia Laurens dengan Menteri Nuh di Polres Metro Jakarta Selatan Rabu malam (26/9).
Jumlah tawaran beruntun minggu ini apakah ini akan menjadi bahan evaluasi Kemendikbud dan sekolah?
Tentu. Saya sudah bertemu dengan Kapolres dan dapat informasi langsung dari beliau kejadian di lapangan sebenarnya. Yang kedua, saya juga ingin ketemu langsung dengan yang terlibat perkelahian atau yang pelakunya. Saya ingin dapatkan cerita langsung dari yang bersangkutan. Sekaligus saya juga ingin ketemu dengan keluarga korban yang meninggal maupun keluarga tersangka. Dengan ketemu langsung itu, kita mendapatkan informasi yang utuh inilah sebagai salah satu bahan yang kita jadikan untuk merumuskan apa kegiatan-kegiatan berikutnya lagi
Bagaimana pandangan bapak terhadap mental siswa saat ini yang akrab dengan kekerasan?
Jadi saya kira tidak jauh berbeda, anda juga melihat tentu ini satu hal yang sangat-sangat tanda petik harus diberantas. Kami berikan dukungan penuh kepada kepolisian kalau memang dia (pelaku) itu melakukan kriminalisasi yang harus kita tindak.
Apakah ada kebijakan atau keputusan dari bapak terhadap pihak sekolah, sehingga pihak sekolah lebih bertanggungjawab terhadap tindakan ini?
Itu tidak hanya untuk sekolah yang sedang bermasalah atau murid-muridnya bermasalah. Ini kan persoalannya, selalu terjadi di luar sekolah. Oleh karena itu ini jadi warning bagi sekolah-sekolah, terutama bagi sekolah yang ada di DKI. Jadi ini tidak hanya khusus sekolah yang bermasalah tapi juga yang lain. Tindakan preventif juga kita lakukan.
Selama ini memang tidak ada aturan tegas mengenai sekolah-sekolah yang sering bentrok ?
Artinya kita lakukan, karena kan pembinaan langsung kan dibina. Tapi setelah kita berikan kesempatan seperti ini kita tidak bisa memberikan keleluasaan, kementerian harus ikut terlibat di dalamnya
Apakah Anda melihat ini ada kegagalan sistem?
Kegagalan sistem saya kira kalau di daerah yang lain juga seperti ini. Kalau sistem. Oleh karena itu untuk case yang khusus yang ada terjadi di Jakarta. Buktinya sistem yang sama di daerah yang lain tidak terjadi (tawuran) seperti sekarang. Tentu kami tidak berdoa terjadi seperti yang sekarang ini. Oleh karena itu spesifik penyelesaian DKI, solusinya juga solusi spesifik.
Tadi saya tadi sudah bertemu dengan tersangka AD (pembacok Deny Januar). Memang saya agak surprise saya tanya puas mas telah membunuh korban jawabnya "puas pak". Siapa yang enggak kaget. Membunuh orang puas. jadi ini urusan yang sangat-sangat serius. Jadi tidak hanya urusan sekolah tetapi urusan sosial. Saya tanya lagi sudah bener puas setelah membunuh? Jawabnya "puas pak tapi agak menyesal." Baru kata penyesalan itu keluar.
Jadi ini kalau sekolah dibebani ngurusi anak-anak seperti ini, terus terang bebannya luar biasa. Tidak hanya mengajar tapi merubah perilaku sosial ini yang sangat berat. Sehingga tolong kita bantu sekolah, kita bantu masyarakat supaya di sekolah juga tidak harus mendidik tapi juga di luar kapasitasnya.
Saya terus terang juga pernah jadi guru, kalau mendidik anak seperti itu terus terang, berat. Oleh karena itu kita tidak bisa serta merta menyalahkan sekolahnya. Karena masuknya ke sekolah itu, anak itu sudah membawa beban yang luar biasa beratnya.
Apa yang menjadi akar persoalan dan kenapa tidak pernah mudah diselesaikan ?
Jadi kami bisa coba melihat atau meruntun yang terjadi di masyarakat, keadaan sosial di mana anak itu tinggal. Jadi tak bisa semata-mata ini dibebankan di sekolah. Setelah saya melihat ini yah, agak beda sedikit kasus SMAN 6 dan SMAN 70 dengan di Manggarai. Ini beda. Kalau kasus SMAN 6 dan SMAN 70 bayangkan, anaknya setelah membunuh, sampai sekarang melarikan diri. Berarti dia punya jejaring.
Sedangkan anak yang membunuh SMK Kartika Zeni tadi anaknya lugu biasa tapi punya beban sosial yang luar biasa. Oleh karena itu, sekali lagi ini menjadi pekerjaan berat dalam dunia pendidikan karena menampung anak yang memiliki beban sosial yang luar biasa. Ini yang sekali lagi, dalam waktu dekat ini kami terus memikirkan dan mencari tahu solusi untuk anak-anak yang memiliki beban sosial luar biasa.
Apakah akan ada pencabutan status sekolah RSBI dan SBI untuk sekolah yang terlibat tawuran?
Saya sementara tidak membicarakan mengenai sanksi yang terkait dengan penurunan status sekolah dan seterusnya untuk SMAN 6 dan SMAN 70 tapi kami lebih fokus pada proses rekonsiliasi terlebih dahulu yaitu hubungan antara dua sekolah itu. Nanti sembari itu kita akan lihat apakah ada yang melakukan kelalaian didalam pembinaan dalam sekolah ini. Baru di situ kita bicara sanksi baik kepala sekolah maupun institusinya. Tapi bukan tepatnya sekarang membicarakan itu.
Jadi apa solusinya pak?
Semua opsi untuk menyelesaikan persoalan ini harus dibuka. Termasuk juga sangsi hukum yang harus ditegakkan betul. Kita ini kan kadang-kadang kalau sudah ada anak yang melakukan tindakan kriminalitas seperti ini, suatu saat kalau diberikan hukuman berat, nanti ada kelompok yang lain yang mengatakan ini mereka anak-anak harus dilindungi dan sebagainya. Tapi kan ada batas-batasnya. Kalau sudah melakukan seperti ini ya harus kita berikan hukuman yang setimpal tapi tetap hak-hak sebagai anak harus tetap kita lindungi. Hukuman harus tetap jalan. Kalau enggak, dikasih hukuman sederhana dan seterus, nanti malah akan merembet ke lainnya. Lainnya akan berpikir toh hukumannya cuma seperti itu. Jadi harus tegas hukumannya kalau tindakannya seperti itu.
Sebenarnya masalah ini kan juga karena saling balas-membalas. Kalau ini diteruskan enggak akan selesai. Jadi kita harus memotong tradisi balas dendam itu. Oleh karena itu, sudah selesaikan yang sekarang ini, termasuk yang SMAN 6 dan SMAN 70 maupun yang di siang tadi SMA Yake dan SMK Kartika Zeni tadi itu. Oleh karena itu ini tugas besar kita, untuk mengamankan adik-adik kita sekolah itu benar-benar sekolah. Tidak diributin dengan urusan kriminalitas, kekasaran, kekerasan sampai tega melakukan pembunuhan.(nat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dengan Bersembunyi Syiah Dapat Bertahan
Redaktur : Tim Redaksi