jpnn.com, JAKARTA - Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Ziyad menyesalkan tindakan seorang pria yang menendang dan membuan sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.
"Hal itu tidak perlu dilakukan, meskipun menyaksikan bahwa praktik tradisi sesajen kepada makhluk halus atau jin atau penguasa alam sekitarnya yang diyakini masyarakat itu bertentangan dengan akidah Islam," kata Muhammad Ziyad kepada wartawan, Minggu (9/1)
Ziyad tidak menampik bahwa tradisi sesajen bertentangan dengan akidah Islam.
Namun, dia meminta agar siapa pun yang berdakwah harus dilakukan dengan cara yang baik.
"Kita harus menyadari bahwa berdakwah itu adalah menyampaikan pesan ilahi dengan cara baik, bukan menuruti kemauan sendiri," ujar Wasekjen MUI.
Dia juga menjelaskan penting memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa bencana erupsi Gunung Semeru merupakan takdir Allah SWT.
"Semua yang terjadi di alam raya ini merupakan kehendak dari Allah SWT, yang kita lakukan adalah bukan dalam bentuk pemberian sesajen, tetapi kita berdoa kepada Allah memohon perlindungannya agar dijauhkan dari malapetaka yang terjadi," lanjutnya.
Ziyad juga menjelaskan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, dilakukan dengan cara menasehati. Jika tidak berhasil, baru bisa dilakukan dengan adu argumentasi tentunya dengan cara yang baik dan benar.
"Kita meluruskan dengan cara berdakwah dengan penuh kebijaksanaan, nasehati yang baik dinasehatkan ini tidak baik bertentangan dengan agama, kalau tidak bisa lakukan berdebat dengan argumentasi yang baik," tutur Ziyad.
Sebelumnya, sebuah video viral yang memperlihatkan aksi membuang sesajen dan sarana ibadah umat tertentu yang berada di lereng Gunung Semeru.
Belakangan, diketahui tindakan tak terpuji tersebut dilakukan pada Jumat (7/1) dan bertempat di wilayah Desa Supiturang, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.(mcr8/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA JUGA: Polres Lumajang Ungkap Identitas Pelaku Pembuangan Sesajen di Gunung Semeru, Ternyata
Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Kenny Kurnia Putra