jpnn.com - JAKARTA - Piala AFF 2016 sejatinya adalah hajatan sepak bola untuk negara-negara kawasan Asian Tenggara. Total ada delapan negara yang berpartisipasi dalam turnamen sepak bola dua tahunan tersebut. Mulai dari Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia, Kamboja, Myanmar dan Vietnam.
Namun, pesta sepak bola tersebut hanya untuk para tim sepak bola semata. Sebab, untuk para wasit dan hakim garis tidak diberikan kesempatan. Terutama di dua babak krusial terakhir, babak semifinal dan final, tidak ada satupun wasit asal Asia Tenggara yang diberikan kepercayaan untuk memimpin laga.
BACA JUGA: Inilah Wasit yang Memimpin Leg Pertama Indonesia vs Thailand
Ya, di first leg babak final antara Indonesia menjamu Thailand di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, 14 Desember nanti, wasit yang akan memimpin pertandingan adalah Iida Jumpei, wasit berusia 35 tahun asal Jepang. "Pihak AFF yang memutuskan wasit itu," kata Sekjen PSSI, Ade Wellington, kemarin (10/12) seperti dilansir Jawa Pos (Induk JPNN.com).
Sebelumnya, di babak semifinal, semua wasit yang memimpin pertandingan Indonesia juga berasal dari luar Asia Tenggara. Di leg pertama, wasit yang memimpin laga di Stadion Pakansari itu adalah Jarred Gaven Gillet asal Australia. Keputusan dia juga sarat kontroversi. Di leg kedua yang berlangsung di My Dinh Stadium, Hanoi, wasitnya adalah Fu Ming, asal Tiongkok.
BACA JUGA: Ini Pertarungan Dua Sahabat Lama
Sama dengan Gillet, banyak keputusan Fu Ming dalam leg kedua itu juga kontroversial untuk kedua tim. Nah, publik sepak bola Tanah Air berharap agar wasit yang memimpin pertandingan leg pertama final nanti bisa lebih tegas dari dua wasit sebelumnya.
“Jangan sama seperti wasit Fu Ming saat Timnas main di Vietnam," kesal Fahmi Hidayatullah, 20, salah satu suporter asal Jakarta.
BACA JUGA: Pusamania Tak Komplet Saat Tantang Arema Cronus
Menurut Fahmi, salah satu keputusan Fu Ming yang sangat kontroversial adalah, ketika Rizky Pora dijatuhkan oleh pemain Vietnam di dalam kotak penalti.
"Harusnya wasit berikan hadiah penalti. Tapi, ternyata tidak dilakukan. Kami tidak mau ada keputusan tidak adil seperti itu di pertandingan final nanti. Masa, wasit tengah kalah sama hakim garis," papar dia.
Memang, ketika itu, Fu Ming sudah menunjukan titik putih setelah Rizky Pora dijatuhkan oleh bek Vietnam di dalam kotak penalti. Namun, wasit asal Tiongkok itu menganulir keputusannya setelah berdiskusi dengan hakim garis satu, Ma Ji. Entah apaa yang mereka bicarakan, Fu Ming lantas mengubah keputusannya.
Satu-satunya wasit Indonesia berlisensi FIFA, Thoriq Alkatiri juga mengaku kaget dengan keputusan Fu Ming dan asisten wasitnya itu. Sebab, kalau alasan Rizky Pora sudah berada dalam perangkap offside sebelum pelanggaran terjadi, itu tidak mungkin. "Karena dari tayangan ulang, tidak ada unsur offside oleh Rizky Pora," jelasnya.
Nah, terkait tidak adanya wasit Asia Tenggara, Thoriq menjelaskan bahwa itu sudah sesuai dengan kesepakatan AFC (Asian Football Confederation). "Kalau hajatan sepak bola Asia Tenggara, wasit nya di ambil dari Asia Timur. Nantl, kalau Asia Timur yang gelar turnamen, wasitnya dari Asia Tenggara. Cara ini untuk menghindari wasit dari gosip miring," kata Thoriq.
Menurut salah satu wasit terbaik Indonesia itu, kebijakan tersebut sudah berjalan sejak Piala AFF 2010.
Terlepas dari itu, Iida Jumpei sejatinya memiliki riwayat kepemimpinan pertandingan yang sangat bagus. Wasit asal Odawara, Kanagawa itu tercatat sebagai wasit dengan rekor memberikan kartu merah paling cepat dengan mengusir gelandang Tokyo Verdy, Tomo Sugawara saat pertandingan baru berjalan sembilan detik dalam sebuah laga di kompetisi Jepang, 2009 lalu.(ben)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duel Tim Produktivitas Terbaik vs Pertahanan Terbaik
Redaktur : Tim Redaksi